Gaya Hidup Minimalis antara Budaya Masyarakat Jepang dan Ajaran Rasulullah

Dalam bukunya, Sasaki menjelaskan, di masa lalu orang Jepang hidup minimalis. Sebagian besar orang Jepang hanya memiliki dua sampai tiga kimono bersih. Orang bepergian tanpa pernah membawa banyak barang.

Sebetulnya, gaya hidup minimalis tak hanya pernah tumbuh di Jepang. Di berbagai masyarakat pra-industrialisasi dan konsumerisme, hidup minimalis dalam arti pola hidup sederhana biasa dilakukan.

Sebelum ledakan ekonomi tahun 1960-an, di beberapa negeri Eropa, baju digunakan selama mungkin, baju yang sudah tidak layak digunakan untuk lap, kain pel, dan sebagainya. Mereka juga mewariskan jam dan barang pecah belah dari generasi ke generasi, serta tidak membuang apa pun yang bisa diperbaiki atau digunakan kembali.

Image:Gaya hangout minimalis ibu-ibu era 50-60'an (Dokumentasi Keluarga Merza Gamal)

Gaya hidup minimalis juga diajarkan Islam melalui tauladan gaya hidup minimalisme ala Rasulullah. Minimalisme dalam Islam dapat dikaitkan dengan sikap qanaah dan zuhud, karena secara prinsip hampir sama. Qanaah adalah merasa cukup dengan rezeki yang ditentukan oleh Allah. Zuhud adalah meninggalkan sesuatu hal yang kurang bermanfaat sehingga cenderung menjauhkan dari ketaatan kepada Allah.

Rasulullah Muhammad SAW menegaskan bahwa kekayaan bukanlah untuk berfoya-foya, tapi untuk umat lewat jalan perjuangan.  adalah konsepsi dan kemauan meneladani kesederhanaan hidup Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah SAW hidup sebagai pedagang yang punya kemampuan dan bisa disebut bahwa segala kemauannya bisa terwujud. Namun, Rasulullah memilih menjalani hidupnya dengan cara sederhana, apa adanya. Misalnya, dari pakaian yang dikenakan, makanan yang dimakan, tempat tinggal dan bahkan segala hal yang ada dalam dirinya adalah bentuk kesederhanaan yang amat baik ditiru atau diteladani.

Gaya hidup minimalis dalam pengertian umum saat ini adalah cara hidup sadar dengan sesuatu yang dibutuhkan seseorang. Istilah sadar sesungguhnya adalah sebuah keputusan yang diputuskan secara sadar atas segala apa yang dibutuhkan. Termasuk tindakan hidup akan kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan.

Pelajaran yang didapat dari bukunya Fumio Sasaki dan tauladan dari Rasulullah SAW adalah pentingnya hidup sederhana dan secukupnya. Prinsip-prinsip tersebut bisa digunakan oleh generasi masa kini, meskipun tidak harus sama persis dengan Rasulullah. Namun dengan dasar yang sama sederhana, maka generasi masa kini bisa hidup dengan lebih baik. Hal tersebut juga menjauhkan kita dari perbuatan tercela, termasuk praktik korupsi dan tindakan gratifikasi yang kian menggurita di negeri tercinta Indonesia. Selain itu, kita mungkin bisa menjadi salah satu hamba-Nya yang disayangi karena meneladani sikap Rasulullah (khususnya bagi yang Muslim), Sang Kekasih Allah.

Wallahua'alam bishowab.