Ritual qurban sudah hadir jauh sebelum masa kenabian  Rasulullah Muhammad saw, yakni sejak masanya Nabi alaihisalam. Pada masa beliaulah perintah berqurban pertama kali turun.Â
Kala itu Allah swt menurunkan perintah qurban untuk kedua anak lali-laki Nabi Adam , yaitu Habil dan Qabil. Peristiwa tersebut tersurat dalam Al Quran, Surah Al-Maidah (5) ayat 27.
Pada masa selanjutnya, perintah qurban diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim alaihisalam. Perintah qurban tersebut berawal dari mimpi yang benar dari Allah swt yang memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail.
Dalam surah Ash-Shaffat (37) ayat 99-111 dikisahkan saat akan penyembelihan Ismail akan dilakukan, Allah swt menggantikannya dengan hewan sembelihan seekor kambing jantan berwarna putih. Atas perintah Allah, ritual qurban tersebut diteruskan oleh Rasulullah SAW dan umatnya.
Peristiwa pengorbanan Ismail oleh ayahandanya, Ibrahim Al-Khalil as. merupakan peristiwa besar dalam sejarah umat manusia.
Dalam kitab Al-Akhlaq bil Bann, 2:25, Al-Ustadz Umar Ahmad Baraja, menyebutkan bahwa ada tiga momen luar biasa dalam peristiwa agung ini yang jarang diketahui oleh orang banyak, yaitu:
- Momen Pertama, ketika Ismail telah diikat dan ikatannya terasa longgar, Ismail pun berkata, "Duhai Ayahanda, tolong kencangkan ikatan ini supaya nanti saat akan disembelih, saya tidak meronta sehingga membuat ayah iba. Sehingga, ayah tidak jadi menyembelih saya." Di sini, Ismail berusaha memastikan agar ayahnya bisa melaksanakan tugasnya dengan sempurna.
- Momen Kedua, Ismail berkata, "Duhai Ayahanda, mohon tajamkan pisau untuk menyembelihku sehingga bisa mempercepat proses penyembelihan dan mengurangi sakit yang kelak saya rasakan." Kedua hal tersebut menjadi sunnah hingga saat ini, yaitu ikatan kuat dan pisau yang tajam saat menyembelih hewan kurban.
- Momen Ketiga, Ismail ternyata sudah melipat pakaian luarnya. "Duhai Ayahanda, mohon titip pakaian ini kepada Ibunda yang sangat saya sayangi. Sampaikan salamku kepadanya." Kesiapan dan keikhlasan Ismail ini merupakan hal yang paling luar biasa.
Namun, ketika semua proses dikerjakan, turunlah wahyu, "Qad shadaqta ru'ya. Engkau telah benarkan mimpi itu." Maka, tidak ada korban pada saat itu, yang ada adalah qurban. Qurban berasal dari kata "qaruba" yang artinya dekat.
Dengan qurban inilah, Ibrahim dan keluarganya, beserta orang-orang yang mengikutinya, menjadi hamba-hamba yang dekat dan semakin dekat dengan Allah SWT.
Selanjutnya, sebagai umat Nabi Ibrahim dan Rasulullah SAW agar senantiasa menjadi hambah-hambah yang semakin dekat dengan Allah swt perlu memahami firman Allah swt berikut, "Dan berzikirlah (dengan mengingat dan menyebut) Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya" (QS Al-Baqarah, 2:203)