Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Makna Bekerja dalam Pemahaman Spiritualitas

28 Juni 2022   16:14 Diperbarui: 28 Juni 2022   16:16 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang sesuai dengan keyakinan imannya masing-masing, sebagai insan yang berketuhanan,  mempercayai bahwa mereka diutus ke muka bumi ini sebagai makhluk hidup yang berguna bagi semesta alam, dan memimpin kehidupan makhluk-makhluk lain di muka bumi. Mereka tentu akan meyakini hal itu sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan yang diyakininya serta tertera dalam kitab suci masing-masing.

Sebagai contoh, dalam ajaran Islam, Tuhan menciptakan manusia untuk dijadikan Khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi dengan sebuah misi mulia, sebagaimana disampaikan dalam QS Al-Baqarah [2]:30 yang tertulis sebagai berikut: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi." Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." 

Seseorang yang mempunyai keyakinan terhadap agama dan kepercayaannya, secara spiritualitas ingin memliki kehidupan yang bermakna di hadapan Sang Pencipta. Ada tiga pertanyaan penting yang mendasar untuk memahami makna kehidupan, yakni:

  1. Dari mana dan hendak ke mana;
  2. Untuk apa;
  3. Bagaimana.

Ketiga pertanyaan tersebut bagi orang beriman terhadap keyakinan agamanya tentu akan menemukan jawaban no 1) adalah dia datang dari Tuhan dan akan pulang kembali kepada Tuhan-nya. Kemudian selama kehidupannya di dunia, sebelum kembali kepada Tuhan-nya akan melakukan hal-hal terbaik sebagai pengabdian terhdap Tuhan-nya sebagai jawaban no. 2). Hal tersebut dilakukan dengan memberikan manfaat bagi sesama makhluk Tuhan  dan alam semesta sebagai jawaban no. 3).

Dalam keyakinan Islam, sebagai contoh, dinyatakan bahwa "Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali" (Q.S. al-Baqarah [2]:156) sebagai jawaban no. 1). Dan sebagai jawaban no. 2) telah tegas dinyatakan bahwa "Dan tidaklah Kami ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku" (Q.S Adz-Dzariat [51]: 56). Serta sebagai jawaban no. 3) dinyatakan bahwa "Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang paling baik perbuatannya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun" (Q.S. Al-Mulk [67]: 1-2).

Dengan terjawabnya ketiga pertanyaaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya setiap manusia menjalani catwalk kehidupannya mulai dari kelahirannya hingga kematiannya sebelum menghadap Tuhan-nya adalah berbuat yang terbaik selama kehidupannya yang menjadi manfaat bagi sesama dan alam semesta. Namun, dalam perjalanannya, tidak jarang, terjadi dis-orientasi yang menggangu perjalanan kehidupannya.

Perjalanan kehidupan seorang manusia dari kelahiran hingga kematiannya dapat digambarkan sebagaimana pada Image terlampir.

Dalam pemahaman spiritualitas, Makna Bekerja (Meaning of Work) bukan hanya bertujuan untuk mengisi waktu dan mencari penghasilan semata, namun ada hal yang lebih besar daripada kedua tujuan tersebut. Bekerja, secara spiritualitas, dapat dimaknai sebagai jalan berdakwah dan berjihad di jalan Sang Maha Pencipta.

Bekerja sebagai bagian dakwah adalah sesuai dengan fungsi manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Sebagai contoh dalam ajaran Islam disampaikan bahwa, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; seorang pria adalah pemimpin di keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; seorang wanita adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya; (bahkan) setiap pembantu adalah pemimpin terhadap harta majikannya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya itu." (HR al-Bukhari dan Muslim.)

Sebagai seorang pemimpin, seseorang yang memiliki nilai-nilai spiritual dalam kehidupan tentu akan mewujudkan kepemimpinannya melalui bekerja. Bekerja akan membuat seseorang dapat melakukan amal kebaikan dan menjauhi larangan Tuhan-nya seperti berbuat tidak disiplin dalam menunaikan tugasnya, tidak jujur dalam bertindak, mengambil yang bukan hak-nya dalam melaksanakan kewajibannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun