Mereka sering merasakan sakit fisik sepanjang hari sebanyak 23%, baik secara global maupun di Asia Tenggara. Dan, "Bagaimana dengan kemarahan?". Â 21% pekerja global sering marah, dan 20% pekerja di Asia Tenggara mengaku sering marah. (Para pekerja Asia Tenggara yang ikut disurvei berasal dari Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, Vietnam)
Apa yang terjadi di tempat kerja yang membuat mereka sengsara?
Hampir semua pihak sepakat bahwa keseimbangan itu penting, tetapi hal ini menyiratkan pemisahan pekerjaan/kehidupan. Sangat sulit untuk membagi pekerjaan secara emosional, atau apa pun dalam hidup.Â
Apabila bos Anda di kantor tidak dapat menelepon atau mengirim email kepada Anda setelah jam 5 sore, mungkin Anda belum pulih dari cacian yang dia berikanpada hari sebelumnya. Hampir tidak mungkin meninggalkan beban emosional semacam itu di tempat kerja.
Akibat stress di tempat kerja, dalam sebuah studi Gallup di Jerman, menjadi penyebab 51% pekerja berperilaku buruk dengan orang yang dicintai.
Gallup, dalam salah satu studi terbesar tentang burnout, menemukan sumber terbesar yang membuat pekerjaan menjadi buruk adalah "perlakuan tidak adil di tempat kerja." Diikuti oleh beban kerja yang tidak terkendali, komunikasi yang tidak jelas dari manajer, kurangnya dukungan manajer dan tekanan waktu yang tidak masuk akal.
Kelima penyebab tersebut memiliki satu kesamaan, yakni bos yang buruk sehingga pekerja membenci pekerjaannya. Bos yang buruk akan mengabaikan insan perusahaan, tidak menghormati mereka, dan tidak pernah mendukung mereka. Lingkungan seperti itu bisa membuat siapa saja sengsara. Pengaruh seorang manajer di tempat kerja begitu signifikan sehingga Gallup dapat memprediksi 70% perbedaan dalam keterlibatan tim hanya dengan mengenal bosnya.
Meningkatkan kehidupan di tempat kerja bukanlah ilmu roket, tetapi dunia lebih dekat untuk menjajah Mars daripada memperbaiki tempat kerja yang rusak di dunia.
Dengan menggunakan metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), para kapitalis pemangku kepentingan berpikir mereka punya solusinya. Dengan ESG mereka mendorong perusahaan untuk melaporkan dampaknya terhadap segala hal mulai dari lingkungan hingga tenaga kerja mereka. Akan tetapi, menyangkut pekerja, sebagian besar laporan ESG hanya berfokus pada gaji dan demografi. Ini sangat penting, tetapi bagaimana kita tahu jika pekerja diperlakukan dengan hormat? Atau merasa diperhatikan?
Sebenarnya perbaikan bisa dilakukan dengan sederhana, yaitu memiliki pemimpin yang lebih baik di tempat kerja. Manajer perlu menjadi pendengar, pelatih, dan kolaborator yang lebih baik.Â
Manajer hebat membantu rekan kerja belajar dan tumbuh, mengenali rekan kerja mereka. Manajer harus mampu melakukan pekerjaan hebat bersama, dan membuat anggota tim benar-benar merasa diperhatikan. Dalam lingkungan seperti itu, pekerja berkembang.