Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019, walau sudah mereda, tetapi belum berakhir tuntas hingga saat ini dan disambut dengan beragam penyakit yang bermunculan di berbagai belahan dunia. Kemunculan penyakit-penyakit tersebut tidak bisa dianggap remeh karena beberapa di antaranya membawa dampak yang cukup serius.
Misalnya saja hepatitis akut yang saat ini menyerang anak-anak yang belum jelas diketahui penyebabnya. Belum reda dengan hepatitis akut misterius tersebut, muncul lagi wabah penyakit yang cukup parah dan cukup menakutkan, yaitu monkeypox (cacar monyet).
Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian selama suatu periode dalam upaya intensif untuk menghilangkan cacar.Â
Oleh karena itu, penyakit tersebut dinamakan 'monkeypox'. Kasus manusia pertama dari monkeypox tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu cacar monyet pada manusia di negara-negara Afrika tengah dan barat lainnya telah dilaporkan.
Para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC= Scientists at the Centers for Disease Control and Prevention) melacak beberapa kasus monkeypox yang telah dilaporkan di beberapa negara yang biasanya tidak melaporkan monkeypox, termasuk Amerika Serikat.
Belum jelas bagaimana orang terkena monkeypox, tetapi kasusnya termasuk orang yang mengidentifikasi diri sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.Â
CDC telah mendesak penyedia layanan kesehatan di Amerika untuk waspada terhadap pasien yang memiliki penyakit ruam yang konsisten dengan monkeypox, terlepas dari apakah mereka memiliki perjalanan atau faktor risiko spesifik untuk monkeypox dan terlepas dari jenis kelamin atau orientasi seksual.
Kasus monkeypox telah dilaporkan ke WHO sejak 13 Mei 2022 dari 12 Negara Anggota yang tidak endemi virus monkeypox di tiga wilayah WHO. Investigasi epidemiologis sedang berlangsung, namun, kasus yang dilaporkan sejauh ini tidak memiliki hubungan perjalanan yang mapan ke daerah endemi.Â
Berdasarkan informasi yang tersedia pada WHO saat ini, kasus terutama tetapi tidak secara eksklusif telah diidentifikasi di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) yang mencari perawatan di perawatan primer dan klinik kesehatan seksual.