Dalam 2 hari ini, postingan saya di take down oleh mesin otomatis Kompasiana sebanyak 3 artikel. Memang dalam artikel itu ada kutipan. Untuk 2 artikel terkait dengan ibadah setelah Ramadhan di THR Kompasiana, yaitu "Memaknai Kembali Keutamaan Silahturahim di Bulan Syawal" dan "Meningkatkan Sedekah Setelah Ramadhan Berlalu".Â
Untuk 2 artikel tersebut saya membutuhkan kutipan hadis-hadis yang cukup panjang untuk menerangkan apa yang saya sampaikan di Artikel tersebut. Saya sudah menyampaikan dalam artikel tersebut, sumber hadisnya.Â
Saya rasa, mungkin hadis serupa ada dalam tulisan dan postingan orang lain di media lain. Mengutip hadis tentu tak bisa dipenggal-penggal atau pun dimodifikasi kata-katanya. Mungkin karena mesin menemukan beberapa paragraf sama, langsung menghapus artikel saya dengan tuduhan terindikasi "menjiplak".
Akibat terindikasi mejiplak karena kutipan saya dianggap lebih dari 25% isi artikel, status saya sebagi penulis (Kompasianer) di Kompasiana pun diturunkan dari terverivikasi (centang biru) menjadi tervalidasi (centang hijau)
Di samping 2 artikel yang berkaitan dengan THR Tebar Hikmah Ramadan), hari ini saya juga memposting artikel "Muara Takus; Candi Buddha di Riau" berkaitan dengan Liburan waisak hari ini. Ini pun di take down, karena ada kutipan yang saya ambil dari Wikipedia dan Perpustakaan Nasional.
Apakah sebaiknya Artikel untuk Kompasiana ini berupa cerpen dan puisi saja yang tidak memerlukan kutipan referensi? Sehingga kalu puisi atau cerpennya mirip sudah memang pasti plagiat...???
Ataumungkin ini saatnya harus mengucapkan goodbye Kompasiana...???
Wallahua'alam bishowab...