"Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam Al-Qadar setelah sebelumnya giat beramal pada malam-malam Ramadhan dan juga pada sepuluh malam terakhir.
Karena, orang yang arif (bijak) adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, akan tetapi dia masih menganggap bahwa amalan yang dia lakukan bukanlah amalan, keadaan, atau ucapan yang baik (saleh).
Oleh karenanya, dia banyak meminta ampun pada Allah seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa," demikian Imam Ibnu Rajab menasihatkan (Lathaif Al-Ma'arif)
Maka, ada satu teladan yang dicontohkan oleh 'Aisyah ra. Satu ketika, dia bertanya kepada Nabi SAW. "Katakan kepadaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu apabila aku mengetahui suatu malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang harus aku mohonkan pada waktu itu?"
Rasulullah SAW menjawab, "Katakanlah:
'Allhumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu anni'.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maka maafkanlah aku..." Â (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Adapun hadirnya ampunan Allah menjadi hadiah terbesar bagi siapapun yang mengisi malam tersebut dengan ketaatan kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, "Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh malam yang tersisa (sepuluh malam terakhir). Maka, siapa melakukan shalat malam pada waktu itu semata-mata mencari pahala, niscaya Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi akan mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Lailatul Qadar itu adalah malam witir (ganjil), yaitu sembilan, tujuh, lima, tiga, atau malam terakhir." (HR Ahmad)
Beliau  pun bersabda, "... Maka carilah dia pada sepuluh malam terakhir. Dia adalah malam ganjil, yaitu pada 21, 23, 25, 27, 29 atau malam terakhir. Siapa menunaikan shalat pada malam itu dengan sepenuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." (HR Ahmad dan Ath-Thabrani)
Disarikan dari buku Amalan Penghapus Dosa (Al-Bihr Az-Zkhirah f Asbbi Al-Maghfirah) karya Dr. Sayyid Husain Al-Affani.