Hari ini kita sudah melewati puasa Ramadhan yang ke duabelas. Semoga dengan menjalani puasa disertai amalan-amalan lain, kita semakin bisa mensykuri segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini.
Banyak orang yang tak seberuntung kita, tapi kita boleh iri dengan kebersyukuran mereka dengan nikmat yang jauh sangat terbatas dibandingkan yang kita peroleh.
Dalam bukunya Shaidul Khathir (2/330), Imam Ibnul Jauzi menuturkan kisah perjalanannya yang penuh penderitaan dan kesulitan dalam mencari ilmu dan bagaimana beliau menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran.
Dia berkata, "Sungguh, dalam perjalanan mencari ilmu banyak sekali kesulitan yang aku hadapi. Semua itu aku rasakan lebih manis daripada madu. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah syair:
'Barangsiapa yang cita-cita tingginya mengalahkan nafsunya, maka apapun yang menimpanya semua tetap dia cintai.'
Ketika masih kecil, aku terbiasa memunguti sisa-sisa roti kering, kemudian aku keluar untuk mencari hadis. Diriku biasanya duduk di pinggir sungai Isa di Baghdad, karena aku tidak bisa memakan langsung roti itu kecuali dengan air. Tentu karena kerasnya! Setiap kali satu suapan pasti kuikuti dengan minum air. Naluriku pun tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dalam menuntut ilmu itu, meskipun secara lahir orang melihatnya cukup menderita.
Aku sudah cukup bersyukur dengan keadaan yang kualami. Dan benar, akhirnya jerih payah ini membuahkan pengetahuan yang luas. Diriku dikenal sebagai orang yang banyak menghapal hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, riwayat keadaan beliau, para sahabat dan tabi'in."
Membaca kisah Imam Ibnul Jauzi tersebut, adakah hati kita bergetar untuk mensyukuri segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah kepada kita. Dan, semoga puasa-puasa yang telah kita lalui selama 12 hari Ramadhan ini dapat membekas di hati dan menjadikan kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karuniaNya.
Wallahualam bishowab.