Selama masa pandemi Covid-19, ketika hubungan sosial menjadi tegang, dengan asumsi bahwa setiap orang berjuang dalam beberapa cara, praktik yang disebut "perhatian yang baik" dapat memperkuat koneksi.Â
Memiliki perspektif tersebut dapat menghasilkan rasa empati. Sebaliknya, "orang-orang yang berbelas kasih dan peduli cenderung mempelajari keterampilan dengan lebih baik dan menjadi lebih kompeten untuk memerangi kelelahan dan meningkatkan ketahanan psikologis."
Dari aspek terapeutik, banyak pemberi kerja mulai menawarkan atau sudah menawarkan perawatan untuk diagnosis kesehatan mental, termasuk konselor, pelatih, terapis, dan psikiater. Program-program ini, ketika ditawarkan secara gratis, membantu menghilangkan stigma dan memungkinkan insan perusahaan untuk maju.
Sementara itu, dari perspektif rehabilitatif, hanya sebagian kecil insan perusahaan yang benar-benar mengalami situasi yang sangat sulit di mana mereka membutuhkan rehabilitasi yang berkepanjangan.Â
Jika hal tersebut terjadi, banyak pemberi kerja memiliki program dukungan atau rujukan. Akan tetapi penekanan terbesar adalah pada pencegahan.
Beberapa pengusaha bergulat dengan transisi kembali ke kantor. Agar transisi tersebut tidak terlalu membuat stres dan lebih berhasil bagi insan perusahaan, maka perusahaan harus terus melihat kesehatan mental dan perilaku secara holistik, dengan fokus pada pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.Â
Fokuslah pada tujuan, tanamkan kasih sayang, dan berikan hak kepada insan perusahaan untuk membuat keputusan.
Membantu insan perusahaan menemukan tujuan dan makna mereka dapat mendorong produktivitas. Insan perusahaan yang berbelas kasih dan peduli cenderung mempelajari keterampilan dengan lebih baik dan menjadi lebih kompeten. Juga, semakin banyak otonomi yang dirasakan insan perusahaan, maka semakin besar kemungkinan mereka akan berkembang dalam apa yang mereka lakukan, dan semakin terlibat mereka.
Penting untuk diingat, apa yang membuat insan perusahaan tergerak. Apa yang benar-benar membuat mereka terus berjalan adalah rasa kontrol dan rasa tujuan. Dan jika pemimpin perusahaan memberikan keduanya, hal itu dapat membantu memerangi kelebihan kognitif yang mungkin kita semua rasakan.