Dari uraian yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpacaran sebagai sebuah tahapan sebelum menikah tidak diperlukan bahkan bisa jadi merugikan. Hal ini bisa dilihat dari dimensi efek dari komitmen religius yang dikorbankan dengan melakukan tindakan-tindakan riskan yang bisa memicu terjadinya pelanggaran terhadap nilai-nilai yang dianut dan juga berkurangnya kepuasan menikah.
Untuk itulah tahapan pacaran atau courtship tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang serba netral, bebas nilai. Hal ini dikarenakan apa yang terjadi di lapangan (perilaku pacaran) telah bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang kita anut, artinya pacaran sendiri sebagai sebuah tahapan yang diajukan untuk menuju jenjang pernikahan tidaklah bebas nilai. Bahkan, cinta yang menyebabkan pasangan menikah seringkali beda dengan cinta yang membuat pasangan tetap mencintai, itulah cinta yang di dalamnya terdapat komitmen untuk mempertahankan pernikahan itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H