Survei McKinsey baru-baru ini menemukan bahwa insan perusahaan lima kali lebih mungkin bersemangat untuk bekerja di perusahaan yang memikirkan dampak yang dihasilkannya di dunia.
Kedatangan pandemi yang tiba-tiba membuat manajer SDM dan tim mereka harus memikirkan kembali cara bekerja secara real time. Pilot project atau peluncuran terkontrol tidak mungkin dilakukan.
Prinsip-prinsip agile culture sudah sangat penting sebelum pandemi, sama seperti telah terjadi pergeseran yang stabil untuk membuat keputusan berorientasi pelanggan yang lebih baik dan lebih cepat dengan memindahkannya ke garis depan. Para CHRO yang diwawancari dalam survei mengidentifikasi harapan yang tersembunyi dengan lebih berani dengan memberi mereka sumber daya dan lingkungan kerja yang akan membuat mereka lebih sukses.
CHRO juga merasakan bahwa di tahun-tahun mendatang, akan lebih penting untuk memberdayakan manajer lini daripada manajemen puncak, sehingga mereka berfokus pada pola pikir dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu orang-orang di seluruh organisasi. Dari CHRO yang diwawancarai, 85 persen berpikir tentang bagaimana memberdayakan lebih banyak insan perusahaan untuk membuat keputusan yang baik dengan cepat.
Para CHRO berharap dengan membuat keputusan lebih cepat, dan memberdayakan manajer lini untuk membuat keputusan lokal mengenai harga dan pengiriman tanpa harus terhubung kembali dengan kantor pusat dan menunggu persetujuan setiap saat. Â Mereka hanya meminta dapat menggunakan sistem CRM (Customer Relationship Management), untuk memastikan mereka tahu apa yang sedang terjadi, dan semua orang tetap berada dalam batasan. Hal ini menyebabkan perubahan yang begitu radikal, yang dikenal sebagai "kontrol terdistribusi dengan koordinasi terpusat".
CHRO dari rantai ritel besar berbicara tentang seberapa cepat keputusan harus dibuat selama pandemi, ketika menjadi jelas siapa pemimpin alami di antara manajer perusahaan. Para pemimpin harus bisa membawa penemuan dari Covid-19 ke masa depan, dan yakin semua orang bisa menjadi pemimpin.
Tetapi pertanyaan tentang di mana dan bagaimana insan perusahaan akan bekerja dengan baik tetap ada. Dalam survei McKinsey pada Agustus 2020, kurang dari enam bulan setelah pandemi, sudah lebih dari 70 persen chief experience officer mengatakan mereka telah memutuskan untuk mempertahankan beberapa bentuk kerja hibrida setelah pandemi berakhir.
Beberapa CHRO sedang mempertimbangkan opsi mulai dari "hotel HQ" pusat (di mana insan perusahaan dapat check in ke kantor bila diperlukan) hingga jaringan hub lokal yang menawarkan ruang untuk rapat dan insan perusahaan, serta dukungan teknis dan material. Misalnya, Tata Consultancy Services, menggunakan model ruang kerja tanpa batas baru yang aman, berencana membuat 75 persen insan perusahaannya bekerja dari rumah pada tahun 2025.
Cara kerja baru ini akan membutuhkan praktik budaya baru. Tim SDM harus mengeksplorasi, menanamkan, dan mengevaluasi cara-cara baru untuk menjaga agar organisasi tetap bersatu, baik dalam skala kecil atau besar, serta di dalam dan di antara tim. Fokus pada peran individu dan preferensi insan perusahaan akan menjadi bagian dari penilaian itu.
Dengan mendefinisikan ulang kriteria rekrutmen dan penilaian kinerja, misalnya, SDM dapat memainkan peran penting dalam memahami keterampilan dan perilaku yang membantu organisasi beroperasi dengan cara baru.
Salah satu kesimpulan paling mencolok dari wawancara Survei McKinsey adalah bahwa fokus akuisisi talenta harus menyebar ke seluruh organisasi, atau setidaknya ke situs atau kantong keunggulan tertentu di mana memenangkan talenta sangat penting untuk kesuksesan perusahaan.