Salah satu goals saya selama di Nusa Tenggara Timur adalah bisa mengenalkan budaya batak salah satunya mengenalkan Makanan Khas Batak yaitu Lappet. Lappet merupakan makanan yang terbuat dari beras pulut atau ketan, kelapa dan gula merah serta dibungkus dengan daun pisang. Makanan ini biasanya dibuat dalam berbagai acara dalam budaya batak. Seperti perkumpulan keluarga, memasuki rumah baru, arisan batak, serta  dalam adat -adat batak. Oleh karena saya sangat bangga dan sangat senang bisa mengenalkan '' makanan khas batak'' di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Kabupaten Ende. Selama kampus mengajar ini, saya memanfaat kesempatan untuk mengenalkan hal hal baru bagi anak. Ini menjadi suatu tujuan saya. Karena saya berpikir ''kapan lagi ''. Oleh karena itu saya membuat makanan khas batak agar anak- anak dan guru- guru tahu dan merasakannya. Tepat di tanggal 24 april 2024, saya membuatnya bersama dengan teman teman saya di kontrakan. Ini adalah pertama kalinya bagi saya ditemani oleh teman teman dari Nusa Tenggara timur membuat makanan khas batak. Rasanya sangat senang, teman teman saya juga sangat antusias membantu saya sambil mengungkapkan beberapa pertanyaan.Â
Dengan kebingungan mereka, saya merasa lucu sekali. Setelah perjuangan memasak dimulai dari membuat adonan adalah tugas saya, teman saya dari manggarai (salah satu kabupaten di prov. NTT) membakar daun pisang agar lebih lemas, teman saya dari Larantuka (Flores Timur) beliau mengiris gula merah serta teman yang terakhir dari Nagekeo (salah satu kabupaten di prov. NTT) membantu saya membuat adonan. Selama proses memasak Lappet rasanya memang lelah tetapi dengan niat yang tulus semua terasa ringan. Setelah beberapa jam, lappet telah siap disajikan. Teman - teman saya langsung saya ajak untuk mencobanya. Mereka berkata '' enak, rasanya sangat manis, dan seperti permen karet''. Heheheh. Rasanya begitu senang karena mereka bisa makan Lappet dari Medan. Kemudian saya membagikan kepada tetangga saya yang sangat baik , kenapa? Karena tetangga kami ini sangat membantu kami selama ada kesulitan. Bibi berkata '' enak sekali, lebih kamu jual pada anak- anak pasti laku''. Saya tersenyum dan tertawa.Â
ekemudian esok harinya saya membagikan kepada guru- guru di sekolah SD barai 1, mereka sangat senang dan berkata '' terimakasih ade, sangat enak''. Selanjutnya saya membagikan kepada anak - anak semua mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebanyak 132 siswa dan 10 guru  di sekolah tersebut saya bagikan, saya melihat raut wajah yang senang dan berkata '' kurang miss'', kapan buat lagi miss ?. Namun sebelum saya membagikannya saya bilang ini adalah makanan khas batak '' Lappet namanya'' mereka juga mengungkapkanya dengan tersenyum.  Jadi salah satu budaya batak sudah terlaksana di sekolah SD dan di lingkungan saya tepatnya di Kabupaten Ende. Mudah- mudahan mereka bisa suatu saat ke Medan. Â
Namun dibalik saya bisa membagikan itu, sebelumya pastinya saya  diajari kembali oleh ibu saya melalui telepon. Saya merasa agak sedih karena biasanya saya buat kue itu bersama dengan ibu saya. Kali ini saya dengan teman - teman saya. Dan ada satu hal yang mau saya bagikan adalah, ketika saya merasa takut ketika kuenya tidak cukup dibagikan kepada anak- anak, saya berdoa kepada Tuhan supaya dicukupkan. Namun apa yang terjadi malah lebih dan itu benar -benar membuat saya wow amazing God. karena setahu saya mungkin tidak cukup, karena jumlah siswa juga banyak . Namun dengan keyakinan dan sambil berdoa kepada Tuhan akhirnya Cukup malah dilebihkan Tuhan.  Siapapun kamu yang membaca tulisan ini, saya yakin juga pasti pernah merasakan apa yang saya alami. Disaat kita merasa takut Tuhan malah lebihkan apa yang kita minta. Jadi Terimakasih Tuhan buat segala Penyertaan Tuhan. Terimakasih juga buat kamu yang membaca tulisan ini. Tulisan ini saya buat agar menjadi kenangan selama saya di Nusa Tenggara Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H