Semalam, aku membuka tabir
Sejuk angin malam itu menyakiti memar di bibirku
Setelah terlalu panjang aku mendoakanmu dalam sisa-sisa
Kekuatan di penghujung waktu.
Malam menyerbu pupil mataku
Harapan mengatupkan dirimu
Sunyi mengerumuni gendang telingaku
Bunyimu hilang di bait terakhir air mata.
Sejauh ini suaramu adalah irama yang paling aku suka
Lagu favoritku dari musim ke musim
Lirik paling indah hanya gelak tawamu
Puisi paling megah ada di bisik rindumu.
Tunggu.....
Kita hanya partikel cerita
Cinta dan luka yang terjebak pada depresi perasaan.
Aku berutang satu jalan pulang
Di dadamu, mungkin aku belum seutuhnya mencinta
Aku beruntung satu jalan pulang
Mengantarmu pada perasaan baru
Lalu kubiarkan kupulang sendiri
Dengan kaki- kaki yang tak sanggup berdiri
Dengan urutan napas yang tak bisa lagi mengiringi
Dengan senyum berdarah
Hitam kental, yang tak akan pernah kau kenali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H