Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seharusnyalah Kita Bangga pada Pancasila

3 Juni 2021   15:35 Diperbarui: 3 Juni 2021   15:40 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika tiba bulan Juni, bukan saja puisi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono saja yang saya ingat tetapi juga Pancasila yang lahir pada bulan itu. Bagi saya, Pancasila sangat penting bagi semua masyarakat Indonesia. Maknanya lebih dalam dari puisi indah Hujan Bulan Juni.

Konon, beberapa lapisan masyarakat pernah mempertanyakan soal sang pencetus Pancasila yaitu Presiden Pertama RI, Soekarno. Sampai sampai salah satu putra beliau yaitu Guntur Soekarnoputra pernah menghadap Bung Hatta untuk mempertegas kembali siapa pencetus dasar negara Indonesia itu. Saat itu Soekarno telah meninggal.

Bung Hatta yang sejak perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia selalu bersama bung Karno, tahu persis bagaimana proses Soekarno mencetuskan Pancasila. Untuk mempertegasnya, bung Hatta juga membuat dua surat wasiat sebelum beliau meninggal. Salah satunya adalah penegasan bahwa pencetus Pancasila adalah Soekarno. Surat wasiat itu ada sampai sekarang dan bukti bahwa memang Bung Karnolah arsiteknya.

Kenapa identisa itu penting? Karena hakekatnya Pancasila juga penting tidak hanya bagi keluarga Soekarno, beberapa pejabat menjelang kemerdekaan tapi juga bagi seluruh masyarakat.

Jika kita telaah kembali, isi Pancasila memang sangat Indonesia. Mencerminkan Indonesia itu sendiri; yang terdiri dari belasan ribu pulau, ratusan etnis, banyak keyakinan (agama), ribuan bahasa dan lain sebagainya. Itu tercermin pada sila pertama ketiga.

Pancasila juga mencerminkan bagaimana musyawarah dikedepankan dibanding voting. Kita terbiasa untuk mencari pemufakaatan dari satu atau beberapa masalah. Pemufakatan dinilai sangat Indonesia sekali; tanpa menimbulkan perpecahan, konflik lain sebagainya. Beberapa rektor di beberapa universitas di Indonesia dilakukan dengan pemufakatan dan bukan dengan voting. Hasil dari proses itu dihargai oleh semua komponen di universitas itu; dan tidak ada konflik yang menyertainya.

Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab berisi 10 butir nilai yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga Indonesia. Sila kedua nyaris erat terkait dengan sila kelima. Inti terpenting dari dua sila ini ada bagaimana kita menghargai kemanusiaan sesama kita , mengakui persamaan hak dan kewajiban meski kita dilahirkan dengan etnis dan keyakinan yang berbeda-beda. Hormat dan respek terhadap orang lain, termasuk bangsa lain. Dan jangan lupa gotong royong adalah sifat asli Indonesia.

Pancasila yang sangat fleksibel tidak menomorsatukan satu golongan atau kelompok, tapi semua kelompok. Pancasila sangat fleksibel dan dapat diterapkan di berbagai persoalan di berbagai wilayah di Indonesia.

Karena itu, tak ada yang harus diubah dari dasar negara ini. Pancasila terlalu berharga jika dibandingkan dengan negara agama yang disodorkan oleh kelompok garis keras di Indonesia. Seharusnyalah kita berbangga padanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun