Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Keterdekatan dengan Allah

1 Juni 2019   15:06 Diperbarui: 1 Juni 2019   15:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Buatlah perut-perutmu lapar, dan hatimu haus, dan jasadmu telanjang (tak ditutupi hawa nafsu), maka hatimu akan menyaksikan kebenaran dan kehadiran Tuhan di dunia ini."

Sabda Rasulullah SAW ini sangat terkenal bagi umat Islam menjelang bulan Ramadan dan sepanjang kita menunaikan ibadah puasa.  Beberapa orang mengerti tape beberapa lainnya tidak paham apa arti seseungguhnya.

Syekh Ali Utsman al-Hujwiri, seorang salik abad ke-11 asal Afghanistan mencoba untuk menyederhanakan sabda itu dengan kalimat :

"Lapar memang membuat badan menderita, tetapi pada saat yang sama menyinari hati dan membersihkan jiwa, serta mengantarkan roh ke hadirat Tuhan." Itulah makna puasa yang sebenarnya.

Bagaimana mungkin secara badaniah kita menderita tapi jiwa kita bahagia. Hal ini bisa terjadi karena selama puasa kita selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SAW. Tarawih, tadarus dan lain-lain setiap hari membuat kita selalu ingat perintah Allah kepada umatNya seperti kita ini.

Mungkin kita bisa menganalogikan soal menderita-bahagia ini ketika diberi harta berlimpah , banyak orang yang ingat pada Allah dan selalu bersyukur dan memenuhi kewajiban-kewajibnan yang diperintahkan Allah. Tapi ada juga beberapa orang yang lupa bersyukur atas kondisi itu, sehingga dia bertindak sewenang-wenang, menghambur-hamburkan uang akhirnya harta itu diambil lagi oleh Allah mungkin melalui keterpurukan karir, harta dsb. Dengan kesengsaraan hidup mungkin dia akan kembali jatuh cinta dan mendekat pada Allah.

Sama halnya dengan rasa kenyang dan lapar pada perut kita. Jika kita kenyang dan semua tercukupi kita tidak merasa banyak hal yang harus kita lakukan. Kita bersenang-senang dan lupa segalanya, lupa salat, lupa mengaji lupa membayar sedekah dan lain sebagainya. Sebaiknya jika kita merasa lapar, terasa banyak hal yang menjadi tanggung jawab kita.

Ketika kita merasa lapar (berpuasa) seperti kata al-Hujwiri itu bahwa hatinya bersinar-sinar. Jiwanya juga merasa ringan dari dunia yang menekan, serta selalu merasa diberi kekuatan olehNya tidak seperti hari-harinya di luar Ramadan.

Karena itu mari kita menikmati keterdekatan dengan Allah ketika puasa. Bukan karena rasa laparnya, tetapi karena dengan rasa kurang atau lapar itu kita akan dilimpahi kekuatan dan kemenangan pada ujungnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun