Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasulullah SAW Ajarkan Persaudaraan, Stop "Hate Speech" di Era Milenial

21 November 2018   23:25 Diperbarui: 21 November 2018   23:43 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persaudaraan - www.plukme.com

Pinsip persaudaraan sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ketika itu, suku-suku di Arab Saudi sana, mempunyai tingkat fanatisme kesukuan yang tinggi. Akibatnya, perang ketika itu menjadi hal yang lumrah terjadi.

Namun, Nabi Muhammad SAW justru mengajarkan persaudaraan yang didasarkan pada kesamaan iman. Dan kalau berbicara tentang keimanan, sudah melampaui batas-batas suku. Seperti yang dijelaskan HR Imam Muslim, "Seseorang Muslim adalah bersaudara dengan seorang Muslim yang lain. Janganlah kamu menzaliminya, jangan pula menghinanya dan juga jangan merendahkan mereka."

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan panasnya iklim politik nasional jelang pemilihan presiden dan wakil presiden, membuat sebagian masyarakat begitu mudah menebar kebencian. Bahkan, tidak jarang para timses menggunakan jasa orang lain, untuk menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas pasangan calon, dengan negative campaign yang tidak didasarkan pada data dan fakta.

Negatif campaign semata hanya didasarkan pada kebencian. Padahal, dalam Islam tidak pernah mengajarkan tentang kebencian. Bahkan, antar sesama manusia, baik itu beragama muslim atau tidak, juga tidak boleh saling membenci. Karena manusia merupakan makhluk Tuhan yang mempunyai sifat saling menghargai, menghormati dan tolong menolong.

Namun dalam perkembangan, generasi saat ini banyak yang menjadi penyebar ujaran kebencian. Tidak sedikit pula yang menjadi korban hoax dan provokasi. Akibat provokasi tersebut, kerukunan yang selama ini terjalin, terancam terganggu karena antar masyarakat saling bertikai.

Ketika memasuki tahun politik, hate speech ternyata terus meningkat. Ironisnya, peningkatan itu terjadi di media sosial yang bisa diakses oleh semua orang dari berbagai kalangan. Masyarakat yang ramah mendadak menjadi mudah marah, setelah menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan.

Jika nilai-nilai persaudaraan masyarakat kuat, tentu potensi konflik tidak akan terjadi. Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia merupakan muslim, yang sangat meneladani Rasulullah SAW. Seorang muslim sejati, semestinya sangat menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi persaudaraan. Dalam Islam mengakui ada beberapa jenis persaudaraan atau ukhuwwah. Di antaranya adalah ukhuwwah Islamiyah, yang artinya persaudaraan sesama umat Islam.

Apapun warga negaranya, sepanjang seorang muslim, Islam mengakuinya sebagai saudara. Namun, Islam juga mengajarkan ukhuwah wathaniyah, yang artinya persaudaraan antar sesama satu bangsa atau negara. Dalam konteks ini apapun agamanya, sepanjang masih warga negara Indonesia, mereka bersaudara. Tidak hanya itu, Islam juga mengakui ukhuwwah basyariyah, yaitu persaudaraan antar sesama manusia. Persaudaraan ini lebih didasarkan pada makhluk ciptaan Tuhan YME.

Semestinya, di era yang serba modern ini, persaudaraan masih tetap dijaga oleh siapapun juga. Perbedaan pandangan politik, perbedaan keyakinan, ataupun perbedaan lainnya, tidak boleh menyebabkan pertikaian di level masyarakat. Jika memang kita mengklaim sebagai seorang manusia yang sejati, semestinya juga tidak ada penyebaran hate speech atas nama apapun.

Ingat, kita semua saling bersaudara. Gunakan era milenial seperti sekarang ini, untuk saling memperkuat ukhuwah atau persaudaraan antar sesama manusia. Tidak hanya sesama muslim dan bangsa, tapi sesama makhluk ciptaan Tuhan YME.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun