Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hilangkan Bibit Rasis, Tanamlah Bibit Perdamaian

28 Juli 2018   06:55 Diperbarui: 28 Juli 2018   07:57 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peace - blog.thelevelmarket.com

Tak dipungkiri, meski Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah dan toleran, namun masih ada bibit rasisme di beberapa masyarakatnya. Bibit rasisme inilah yang bisa berpotensi menyuburkan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Beberapa bibit yang seringkali muncul, dan mungkin ada dalam diri kita semua, ketika ketika memandang seorang tionghoa dengan pandangan yang berbeda. 

Ketika kita memandang seorang yang non muslim dengan pandangan yang berbeda. Padahal, mereka adalah sama manusia seperti kita. Hanya saja mereka mempunyai mempunyai latar belakang yang berbeda dengan kita.

Padahal, bagi kita masyarakat Indonesia, perbedaan bukanlah sebuah persoalan. Kenapa? Karena negara kita memang tidak pernah mempersoalkan. Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu sudah ada sejak dulu, dan masih bisa berdampingan hingga saat ini. 

Karena itu jangan terprovokasi dengan sentiment SARA yang ada di negara lain. Di Indonesia mayoritas penduduknya memang memilih menjadi muslim, namun bukan berarti seorang muslim bisa semena-mena. Tidak boleh mayoritas menindas minoritas. Semuanya harus saling menghormati dan hidup rukun.

Beberapa pekan lalu, parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang dianggap sangat mengandung bibit rasisme. Negara yang selalu berkonflik dengan Palestina ini, akan menghapus bahasa arab sebagai bahasa resmi. Kondisi ini dikhawatirkan bisa memicu terjadinya diskriminasi terhadap warga negara Arab yang ada di Israel. 

Apalagi negara juga telah menegaskan sebagai bangsa Yahudi. Dan untuk kesekian kalinya, negara ini juga menegaskan bahwa Yerusalem adalam ibukota Israel, bukan Palestina. Hal-hal semacam inilah yang kemudian bisa memicu terjadinya konflik di timur tengah.

Isu rasisme ini memang sudah terjadi sejak lama, di hampir setiap negara. Berbagai upaya dilakukan untuk menghilangkan bibit rasisme ini. Pada 20-25 April 2009 lalu, di Jenewa Swiss telah digelar konferensi anti rasisme. Hal ini dilakukan untuk membebaskan dunia internasional dari bahasa rasisme agar tercipta perdamaian dunia. 

Semua negara berusaha untuk menghilangkan bibit rasisme, termasuk di Indonesia. Kenapa Indonesia perlu menghilangkan bibit rasisme? Karena Indonesia mempunyai tingkat keberagaman yang sangat tinggi.

Di Indonesia sudah mempunyai Pancasila, yang bisa menjadi dasar untuk merangkul keberagaman. Semboyan bhineka tunggal ika, terbukti mampu menyatukan semua perbedaan dari Sabang sampai Merauke. Meski demikian, bukan berarti Indonesia bebas dari masalah. Karena bibit intoleransi, yang juga mengandung bibit rasisme, masih ada di negeri ini. 

Munculnya kelompok radikal yang terus menyebarkan ujaran kebencian, harus kita hentikan. Munculnya kelompok teroris yang terus menebar teror, juga harus kita hentikan. Segala bibit kebencian dan rasisme, harus hilang dari negeri ini, dan digantikan dengan bibit perdamaian. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun