Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hentikan "Hate Speech", Jadikan Ramadan sebagai Ajang Pembersihan Diri

18 Mei 2018   18:35 Diperbarui: 18 Mei 2018   18:43 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Hate Speech - http://theievoice.com

Tak dipungkiri, sebelum Ramadan, praktek ujaran kebencian begitu masif di negeri ini. Hari ke hari selalu dipenuhi berbagai macam kebencian. Baik itu di dunia maya ataupun dunia nyata. Tanpa disadari, kita menjadi generasi pembenci. Padahal, Indonesia dikenal sebagai negeri yang sangat toleran. Namun sebagian penduduknya justru hidup diantara kebencian demi kebencian.

Di tahun politik, kebencian itu digunakan untuk menjelekkan pasangan calon yang bertarung di pilkada serentak. Kebencian juga digunakan untuk menjatuhkan elektabilitas pasangan calon. Masyarakat begitu mudah menjadi seorang pembenci.

Kebencian itu tidak hanya disimpan dalam hati, namun juga disebarluaskan melalui media sosial. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang tersinggung akibat kebencian yang beredar. Dalam skala yang lebih luas, kebencian bisa memicu terjadinya konflik di masyarakat.

Akibat kebencian yang terus membesar itu, juga turut memunculkan terjadinya aksi teror. Kebencian kelompok teroris terhadap polisi, terhadap simbol barat, dan terhadap pihak-pihak yang dianggap berbeda dengan dirinya, telah melahirkan serangkaian aksi teror di Surabaya dan sejumlah tempat.

Begitu mengerikannya jika kita masih memelihara kebencian dalam diri. Padahal, sedari kecil kita diajarkan untuk saling mengenal, saling menghormati dan saling tolong menolong antar sesama. Lalu, kenapa semua itu bisa seketika hancur hanya karena dikalahkan oleh kebencian yang membabi buta.

Jika melihat pada kasus kebencian, angkanya pun cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan kasus yang  ditangani Polri tahun 2017, setidaknya 3.325 kasus ujaran kebencian yang telah ditangani. Angka ini terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai 1.829 kasus. Kasus ujaran kebencian yang ditangani lebih banyak kasus penghinaan, lalu perbuatan tidak menyenangkan dan disusul pencemaran nama baik.

Suka tidak suka, itulah fakta yang dihadapi saat ini. Karena itulah, Ramadan harus dijadikan sebagai ajang introspeksi. Ramadan harus jadi ajang untuk pembersihan diri dari segala pengaruh negatif, termasuk bibit kebencian yang masih ada di dalam diri.

Maraknya sentimen SARA yang sempat muncul, harus dilawan dengan aktif menyebarkan pesan damai. Pesan-pesan itulah yang akan jadi pengingat, bahwa kita pada dasarnya adalah mayarakat yang toleran.

Dan di bulan Ramadan ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak berbuat kebaikan. Dengan membiasakan berbuat baik, maka kebencian yang masih ada dalam diri diharapkan bisa terkikis. Berbuat baik ini tidak hanya secara ucapan, namun juga perilaku. Harus tetap dalam koridor saling menghargai antar sesama.

Sekali lagi, Indonesia adalah negara yang penuh dengan keberagaman. Tidak hanya keberagaman suku, bahasa dan budaya, agama yang dianut para penduduknya juga beragam. Jika saling menghargai tanpa dilandasi kebencian ini bisa diimplementasikan dalam keseharian, Indonesia akan terbebas dari bibit kebencian, bibit intoleransi, bibit radikalisme dan terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun