Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jaga Kerukunan Demi Terciptanya Kebhinekaan

12 Mei 2017   19:45 Diperbarui: 12 Mei 2017   19:48 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - liputan6.com

Tidak dipungkiri, sentimen SARA yang dimunculkan ketika era pilkada DKI Jakarta, telah membuat semua orang khawatir. Indonesia, meski dikenal sebagai negara yang toleran, kenyataannya juga mempunyai pengalaman ketika digempur isu SARA. Akibatnya, konflik SARA pun terjadi dan menimbulkan trauma yang mendalam. Tragedi Mei 1998 sempat dihembuskan sentimen SARA. Akibatnya, etnis Tionghoa di ibukota sempat merasakan diskriminasi ketika itu. Peristiwa penembakan Trisakti, akhirnya memicu berbagai aksi kekerasan lainnya.

Kini, setelah 19 tahun berlalu, sentimen SARA kembali muncul di ibukota. Itulah yang membuat kekhawatiran publik. Berharap agar sentimen SARA tidak berdampak pada serangkaian aksi kekerasan, seperti yang terjadi di era 1998. Siapa yang memunculkan sentimen SARA saat ini? Kelompok radikal tentu memanfaatkan momentum ini. Meski tidak berdampak pada kerusuhan, sentimen ini berhasil memobilisasi massa ke Jakarta.

Mari kita hilangkan sentimen SARA dari bumi Indonesia. Negara ini sudah sejak dulu terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Dan sudah sejak dulu pula, kerukunan antar umat beragama juga telah didorong oleh pada pendahulu. Tak heran jika Indonesia dikenal dengan penduduknya yang ramah tamah. Melalui filosofi gotong royong, masyarakat bisa saling bantu membantu, tolong menolong serta saling menghargai. Dengan menjaga kerukunan, diharapkan bisa berdampak pada terjaganya keberagaman.

Tentu kita semua tidak ingin Indonesia selalu diselimuti rasa kecurigaan. Kita juga tidak ingin Indonesia berubah menjadi negara konflik. Jika konflik ini terjadi, maka banyak pihak-pihak yang akan memanfaatkannya. Termasuk kelompok radikal, yang selama ini terus mengusung ideologi khilafah. Mereka akan terus berusaha mengganti ideologi Pancasila menjadi khilafah. Bisa jadi, serangkaian kekerasan yang mengatasnamakan agama ini, merupakan bagian dari skenario untuk menciptakan kondisi yang tidak kondusif. Apa tujuannya? Untuk menegaskan bahwa khilafah bisa menjadi ideologi yang tepat untuk mengantisipasi semua kekacauan tersebut.

Beberapa hari lalu, pemerintah telah membubarkan organisasi HTI, yang dianggap telah menyalahgunakan izinnya untuk berpolitik. Dalam dakwah yang selalu dilakukan, mereka selalu menanamkan ke semua pihak, untuk menerapkan konsep khilafah. Bahkan, kampus-kampus di Indonesia juga telah banyak mereka susupi. Tidak aneh jika banyak mahasiswa baru yang menjadi korban organisasi ini. Banyak anak muda yang berubah menjadi radikal.

Mari kita introspeksi diri. Hilangkan bibit intoleran dan radikal pada diri kita masing-masing. Hal ini penting agar kita tidak menjadi pribadi yang memperkeruh suasana. Jadilah pribadi yang bisa menenangkan, bukan pribadi yang terus memprovokasi. Indonesia butuh orang-orang yang bisa menjaga kerukunan, demi terjaganya keberagaman. Karena keberagaman di Indonesia merupakan keniscayaan. Sekali lagi, mari kita tetap menjaga toleransi dan kerukunan di negeri ini, agar kita bisa tetap berdampingan dalam keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun