Mohon tunggu...
meryani pujilestari
meryani pujilestari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Astronomi

Mari mengembangkan sains

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembangunan Taman Bintang sebagai Astrowisata di Bangka Belitung

26 September 2020   22:20 Diperbarui: 26 September 2020   22:26 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerhana Matahari Total sebagai momentum astrowisata di Bangka Belitung (credit foto: Thinkstock)

Masih teringat di tahun 2016 saat terjadi Gerhana Matahari Total yang melewati Bangka Belitung, antusiasme masyarakat untuk melihat fenomena sangat langka yang terjadi 33 tahun yang lalu di Bangka Belitung sangat tinggi.

Banyak wisatawan yang datang baik dalam dan luar negeri yang tidak ingin melewatkan fenomena tersebut. Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan destinasi wisata lainnya yaitu pariwisata bertemakan astronomi. 

Astrowisata merupakan pariwisata yang bertemakan astronomi.  Salah satu perwujudannya adalah pembangunan taman bintang. Taman bintang menawarkan  beragam  destinasi  wisata  seperti  kunjungan  ke  observatorium, pengamatan benda langit dengan pemandu, konservasi langit gelap,  astronomi  amatir  yang  menyelenggarakan  program  astronomi  untuk  umum, mengadakan astrocamp, dan sebagainya.

Fenomena astronomi menjadi daya tarik wisata modern  saat ini. Banyak negara – negara yang mengembangkan astrowisata. Lalu bagaimana kontribusi astronomi bagi kehidupan manusia?  Bagaimana pengembangan astrowisata di Bangka Belitung?

Kontribusi Astronomi

Ilmu astronomi bukanlah hal baru di Indonesia. Pembangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan merupakan salah satu bukti bahwa nenek moyang kita sudah melakukan pengamatan astronomi.

Arkeoastronomi merupakan ilmu yang menyelidiki keterkaitan kebudayaan masyarakat di masa lampau terhadap benda-benda atau fenomena yang ada dan terjadi di langit (1).

Bentuk dan lokasi Candi Borobudur memiliki keterkaitan dengan pergerakan benda langit. Melalui pengamatan dan perhitungan komputer, letak Candi Borobudur mengalami fenomena unik terkait siklus tahunan matahari yang terbit pada tanggal 25 atau 26 April dan 10 atau 11 Agustus berada segaris dengan Candi Borobudur dan Gunung Merapi (2).

Selain itu, astronomi di Indonesia terwujud dalam penentuan awal puasa Ramadhan di kalangan muslim. Pada  tahun 1923, Observatorium Boscha di Lembang Bandung merupakan pilar ilmu astronomi di Indonesia , tidak hanya untuk kalangan astronomi profesional saja tetapi juga bagi kalangan amatir yaitu pecinta astronomi dalam mengamati langit.

Kontribusi utama astronomi adalah memberikan jawaban modern untuk mengetahui tempat manusia di alam semesta. Pandangan umat manusia tentang tempatnya di dunia secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh hasil penelitian astronomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun