Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilih Dibayar, Penghinaan Terhadap Orang Miskin

3 April 2014   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita banyak menemui pemilih pragmatis, pemilih yang memilih karena dibayar. Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang, tak ada duit tak dipilih, ada duit dicoblos dengan benar. Kecendrungan pemilih pragmatis kian meningkat.

Bagaimana seharusnya generasi muda menyikapi hal ini?

Pemilih yang mau memilih karena dibayar, pada umumnya adalah orang miskin; miskin harta miskin prinsip. Kadang kita heran, banyak masyarakat yang mengeluk-elukan; jangan korupsi, laporkan koruptor, penjarakan koruptor. Padahal mereka yang memilih karena dibayar juga koruptor; yaitu orang yang menerima suap.

Caleg-caleg ‘penyuap’akan mentertawakan kita jika mau memilih karena dibayar. Mungkin caleg itu akan berkata, “Dasar orang miksin, mau saja aku bodohi dengan uang. Aku adalah penguasa, aku orang kaya. Hai orang miskin, saat melihat uangku kamu pasti tergiur memilihku.. Ada uang aku disayang, tak ada uang aku ditendang. Hahaha”. Betapa kita diperbudak oleh uang, mau dikemanakan mental kita kalau seperti itu?

Biasanya, calon-calon pemimpin maupun calon anggota dewan yang membayar pemilih di depan akan cuek kepada pemilihnya jika sudah terpilih. Maklum saja, karena dia sudah bayar duluan. Bahkan ini sebagai bentuk penghinaan terhadap orang miskin. Jika sudah duduk di kursi panas, caleg-caleg seperti itu tidak akan memperjuangkan kepentingan rakyat, melainkan mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan dengan jalan pintas; korupsi. Makanya, jangan pilih caleg dan calon pemimpin yang membayar kita. Buatlah caleg dan calon pemimpin seperti itu menjadi miskin dan setres agar masuk rumah sakit jiwa.

Caranya sederhana; Pada dasarnya tidak ada calon anggota dewan atau pun calon pemimpin yang terang-terangan membayar orang agar mau memilih dirinya (biasanya dengan serangan fajar), biasanya mereka berkedok dengan model bersedekah (dana punia). Jika mereka bersedekah kepada suatu kelompok atau organisasi, uangnya terima saja, soal memilih urusan lain. Orang mau bersedekah siapa yang berani melarang?

Jika ada caleg yang menyuruh kita untuk memilihnya dengan dibayar, direkam saja. Lalu, laporkan saja ke KPU, biar gagal menjadi anggota Dewan. Ingat siapkan barang bukti yang kuat.Atau laporkan setelah dinyatakan menang, bisa minta bantuan pada lawan politiknya. Bila ada yang mau melakukan hal ini, pasti seru.

Pertanyaannya kemudian, mengapa banyak orang memilih karena dibayar? sejauh yang saya ketahui, selain karena mereka miskin; miskin prinsip, miskin harta, juga karena pemilih seperti itu hanya mementingkan diri sendiri. Kita sering mendengar masyarakatberpendapat ‘siapapun yang menang, saya tetap hidup sengsara, hidup jadi buruh, tetap jadi petani’. Mereka seperti itu tidak memikirkan kepentingan umum, mereka hanya mementingkan kesejahteraan dirinya, padahal dengan memilih orang yang tepat, kesejahteraan bersama kita peroleh.

Pemilih yang anti ‘suap’, menghindari memilih karena dibayar karena mereka memikirkan kepentingan umum. Bahkan semangatnya menggebu-gebu untuk memilih calon yang berkualitas, agar jika terpilih jagoannya bisa mensejahterakan rakyat dengan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat, program-program yang membangun bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai amanat Undang-undang. Dengan memilih wakil rakyat dan pemimpin yang berkualitas, kita akan melihat kemajuan di berbagai bidang; pembangunan; dibidang kesehatan, pendidikan, pembangunan infrastruktur untuk kepentingan public seperti jalan, pasar, pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya. Pokoknya, bagi mereka yang kaya prinsip dalam memilih, apalagi kaya harta, mereka pasti memilih karena ingin melihat kemajuan bangsa ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun