[caption id="attachment_359158" align="aligncenter" width="376" caption="Terbang di Udara (merdeka)"][/caption]
I Ketut Merta Mupu No. 96
Musim kemarau telah terlewati, bunga-bunga bermekaran menyambut musim penghujan. Fahmi tumbuh menjadi pemuda gagah. Sayangnya belum menemukan tambatan hati, setelah hancurnya cinta segi tiga mereka. Fahmi seringkali berkelana dengan motor tua warisan kakaknya untuk menemukan tambatan hati, namun belum jua ada yang sesuai dengan seleranya.
“Susuki mambal paling oke, aku Fahmi pangeran rimba pencari cinta, bagi yang kesepian hubungi aku di 08191xxxxx, buat yang bacain makasih..” Bunyi pesan singkat Fahmi dalam acara sms embel-embel Radio Sony I Like. Kaum hawa beramai-ramai menghubunginya, Fahmi menjadi pemuda penting dadakan, selebritis kampung.
Ratusan teman-temannya sering berkongko ria di udara. Dari ratusan temannya, Fahmi berkenalan dengan seorang gadis, Putri namanya, dipanggil gek Putri. Fahmi paling nyaman ngobrol dengan Putri dibandingkan dengan gadis lainnya meski hanya di udara.
Putri gadis keturunan ningrat, keluarga berkasta, bergelar Gusti Ayu Putri, keturunan wangsa “Ksatrya”, kelas 3 SMP. Acap kali Fahmi menitip salam, request lagu dipersembahkan gadis pujaan hatinya di udara.
Meski kenal lewat udara, putri meluluhlantakan hati Fahmi, kecantol anak ABG menyebutnya. Mungkin itu sebabnya dikatakan cinta itu tak punya mata, bisa datang dari udara, lalu turun ke hati. Suara Putri merdu bagai suara burung titiran, indah menyejukan jiwa, membuat Fahmi terjerat cinta. Fahmi nyaman telpon-telponan dengannya berjam-jam sehari, berhari-hari seminggu.
Tujuh bulan lamanya sering berkomunikasi tanpa tahu bagaimana rupanya, apakah putri jelek ataukah cantik, kurus kerempeng ataukah gendut seperti galon? Mungkin juga semampai, semester tak sampai.
Karena Putri, gadis berkasta itu, Fahmi sering ke kantor post, menjadi lelaki romantis. Di hari special terkadang Fahmi kirim kado, surat cinta dan puisi untuk pujaan hatinya. Bila Fahmi mencintai seseorang dengan tulus, selalu berusaha memberikan sesuatu yang special. Bukan mengajarkannya materialisme, lebih dari itu karena rasa hormatnya pada tambatan hatinya, sebagai bukti kalau Fahmi memang sayang dan cinta.
Tanggal 1 januari, hari bersejarah di antara dua insan dimabuk asmara. Putri merubah nama Fahmi dengan panggilan Abi, sedangkan Fahmi memanggil Ami sebagai pangilan kesayangan Putri. Lebih keren dibandingkan panggilan mama-papa.
Cinta kasih terjalin setelah tujuh bulan pendekatan. Fahmi dan Putri terpisah ruang dan waktu amat jauh, berbeda kabupaten. Fahmi hanya kenal wajahnya lewat foto via multimedia dan kantor post. Kadang pak post menjadi penghubung. Bagi Fahmi, pak post mak comblangnya.
Putri pernah kirim fotonya dan sesuatu yang tak pernah diberitahu pada Fahmi, tetap menjadi sebuah rahasia. Kado itu tidak sampai pada Fahmi, entah nyasar kemana. Mungkin akan sampai nanti setelah Fahmi sudah tua dan punya anak. Seperti kisah dari negeri asing, seorang nenek menerima surat cinta dari kekasihnya dahulu waktu masih muda, baru diterima setelah punya cucu.
***
Suatu ketika, fahmi tak lagi mampu membendung hasratnya bertemu Putri yang berbeda kabupaten. Ia pun menjelajahi daerah baru yang belum pernah dikunjunginya, naik gunung turun pangkung. Hingga akhirnya Fahmi berhasil memperjuangkan keinginannya untuk bertemu Putri, pujaan hatinya di udara.
Fahmi parkir motor di halaman rumah Putri, jantungnya berdebar-debar. Betapa Putri kaget, Fahmi menemukan alamat rumahnya meski berada di kabupaten lain dan tanpa menelpon Putri untuk mencari tahu alamat rumahnya. Fahmi hanya bermodalkan nama keluarga Putri dan nama dusun tempat tinggalnya. Sungguh kekuatan cinta itu luar biasa, bisa membuat seorang lelaki bisa melakukan yang dikehendaki, berbuat demi dan untuk cinta tak pernah merasa terbebani.
Keluarga Putri menyambut Fahmi dengan ramah, tetapi sayang Putri tak berani keluar dari kamarnya. Setelah 15 menit berlalu, Putri akhirnya keluar dari kamarnya. Tersenyum manis memandang Fahmi yang gagah. Begitu juga Fahmi, terkagum-kagum memandang wajah cantik Putri. Tak salah apa yang Fahmi bayangkan selama ini, bahkan lebih sempurna dari apa yang Fahmi perkirakan. Putri rambutnya panjang, hitam lurus, tubuhnya langsing, tinggi. Lebih dewasa daripada gadis SMP pada umumnya.
Atas ijin orang tuanya, Putri diajak ke telaga Tunjung, ikon desa Putri. Belum puas mereka memadu kasih di tepi telaga. Mentari yang tadinya bertengger di atas dahan pepohonan, bersembunyi di balik kerimbunan dedaunan. Mentari merangkak hendak bersembunyi di balik gunung. Fahmi mengantarkan kekasihnya ke rumahnya, hanya sebentar mengobrol bersama keluarganya. Jam menunjukan setengah lima, Fahmi pamitan, kawatir nanti kedinginan dan pulang terlalu malam.
Tamat sekolah menengah pertama (SMP), Putri melanjutkan sekolah kejuruan, jurusan manajemen. Sedangkan Fahmi melanjutkan kuliah pada perguruan tinggi di kota. Seiring bertambahnya umur, jarak semakin dekat, semakin sering menyempatkan diri bertemu, hubungan kian romantis. Fahmi seminggu sekali bertemu kekasihnya meski Fahmi kuliah sambil bekerja.
***
“Hubungan ini lebih baik kita akhiri. Aku tak sanggup kesepian tanpa kamu, kamu selalu mementingkan diri sendiri” hardik Putri. Kali ini Putri datang ke Indekos Fahmi dengan kekecewaan setelah Fahmi jarang bisa menemui Putri karena sibuk dengan kuliahnya. Mereka bertengkar hebat.
Fahmi mengalah. Kini Fahmi mengerti apa yang ada di pikiran Putri selama ini. Dia hanya ingin mempermainkan perasaan Fahmi. Fahmi merapatkan tubuhnya ingin memeluk Putri. Fahmi ingin meredam kemarahan kekasihnya, membelainya, tetapi Putri menghempaskan tangannya.
“Aku gak tahan dengan sikap kamu. Kamu jarang menemuiku, aku telah memilih cowok lain. Dia lebih perhatian, lebih ngerti gimana aku” seloroh Putri, matanya berkaca-kaca. Putri sebenarnya berbohong, ia hanya kecewa pada Fahmi yang tak pernah mengerti perasaannya, yang selalu merindukan Fahmi.
‘Kalau memang itu yang terbaik buatmu, aku rela kamu diambil cowok lain. Aku memang cowok yang tak mampu membahagiakan kekasihnya, aku sadar itu. Tapi percayalah, aku selalu menicintaimu’ selorohnya terbata-bata.
Fahmi tak bisa berbicara panjang lebar, hatinya menjerti begitu sakit mendengar kata-kata pujaan hatinya yang telah membuatnya kecewa. Begitu juga Putri kecewa atas sikap Fahmi jarang menemuinya.
Fahmi lemah tanpa daya, Fahmi sadar Putri membutuhkan kehadirannya. Fahmi terbayang bagaimana Putri selalu memeluknya setiap bertemu, dan Fahmi selalu kecup kening Putri setiap Fahmi pamitan dan Putri selalu cium tangan Fahmi sebagai bentuk penghormatan kepada kekasihnya yang lebih dewasa 5 tahun. Fahmi merasakan bagaimana Putri selalu merindukannya. Sikapnya itu membuat Fahmi bisa mencintainya hampir dua tahun.
Putri meminta Fahmi untuk memutuskan hubungan. Menurutnya, siapa yang memulai, dia yang mengakhiri. Sungguh sulit bagi Fahmi memenuhi permintaan belahan jiwanya. Dalam kamus cintanya, sekali kata putus, selamanya itu terjadi. Bagi Fahmi tak ada istilah cinta putus nyambung. Dengan berat hati, Fahmi memutuskan cintanya pada Putri meski sejujurnya Fahmi masih sangat mencintainya.
Mentari senja telah meredup, Putri melangkah pergi, berlinang air mata setelah Fahmi memutuskan hubungannya. Sulit bagi Fahmi menerima kenyataan perjalanan cintanya.
Mungkin Putri tak percaya, Fahmi terpaku diam membisu seorang diri menatap kekasihnya melangkah pergi. Hendak menghalangi, memanggilnya untuk kembali, bibir Fahmi terkatup tak mampu berbicara, bibirnya bergetar menahan jeritan hatinya. Membiarkan kekasihnya untuk memilih jalan yang diinginkan.
"Pergilah kasih! Kejarlah keinginanmu, selagi masih ada waktu. Jangan hiraukan diriku, aku rela berpisah demi untuk dirimu. Semoga tercapai segala keinginanmu."
Senandung sendu itu menemani Fahmi dalam kekecewaan. Meski Fahmi menyadari bahwa akhir dari pertemuan adalah perpisahan. Hubungan memang terkadang seperti baris-berbaris; awalnya siap, lalu jalan di tempat, maju jalan, berhenti gerak, kemudian bubar jalan.
Semuanya telah hilang. Dapatkah Fahmi melupakannya, dapatkah putri mencari penggantinya? bagaimana perjalanan cinta Fahmi dan Putri hingga pada akhirnya mereka menjalin bahtera rumah tangga?
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju Fiksiana Community dan Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H