Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Mahabharata, Dakwah Terselubung

18 November 2014   02:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:34 3297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14162266092113516470

 

[caption id="attachment_336165" align="alignnone" width="602" caption="Merusak Budaya Anak Muslim (Facebook/by Vedanti)"][/caption]

Tergelitik menyimak foto yang diupload seorang teman di facebook tentang pandangan profesor muslim, seorang pakar pendidikan. Foto tersebut berisi wawancara dari sebuah majalah berjudul “Merusak Budaya Anak Muslim”. Wawancara tentang penayangan film produksi India, terutama film Mahabharata.

Menurutnya, film seperti itu bisa merusak akidah anak-anak Islam atau umat Islam karena bertolak belakang dengan ajaran Islam. Ditambahkan pula, sudah seharusnya film seperti itu dikaji terlebih dahulu sebelum tayang di televisi.

Meski saya seorang Hindu mencoba memposisikan sebagai orang Islam. Sejak awal tayang Mahabharata dan film Mahadewa, saya pernah berpikir bahwa tanpa disadari sebenarnya umat Islam mendapat ceramah (dakwah) ajaran Veda atau ajaran Hindu, dengan kata lain umat Islam di Indonesia dididik untuk mengenal ajaran Hindu secara halus dan terselubung melalui film.

Cara dakwah ajaran Veda melalui cerita merupakan perintah Veda itu sendiri, Veda tidak boleh dipelajari secara langsung oleh orang yang masih awam, melainkan Veda harus dipelajari melalui Itihasa (Mahabharata, Ramayana) dan Purana (Siva Purana, Bhagavata Purana, Visnu Purana, dll). Film Mahadewa sendiri diambil dari isi kitab-kitab purana.

Menurut lontar Sarasamuccaya menyatakan "Veda itu hendaknya dipelajari dengan sempurna melalui jalan mempelajari Itihàsa dan Puràna sebab Veda itu akan takut kepada orang-orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya:wahai tuan-tuan jangan datang padaku, demikian konon sabdanya karena takut" (Sarasamuccaya 39). [Baca juga: Salah Kaprah Tentang Mahabharata].

Kisah-kisah yang terdapat didalam itihasa dan purana merupakan ajaran Veda dalam praktek. Artinya, seseorang yang mempelajari Veda melalui cerita (termasuk dengan menonton film) merupakan belajar Veda dalam praktek, bukan sekedar belajar Veda dalam teori yang sulit dipahami.

Kita bisa belajar tentang ajaran Satya Semaya (setia kepada janji) dari Rsi Bhisma. Belajar ajaran Satya Mitra (setia kepada teman) dari Karna. Belajar kepatuhan terhadap ibu dari Panca Pandawa. Belajar hukum atau dharma atau kebijaksanaan yang benar dari Yudhistira dan Shri Krisnha. Belajar keangkuhan dari Duryodana, belajar kelicikan berpolitik dari Sengkuni, dan lain sebagainya.

Penjabaran ajaran Veda dalam praktek sangat jelas dijabarkan dalam kisah-kisah itihasa dan purana yang telah diubah menjadi film. Pada jaman dulu penjabaran ajaran Veda diubah dalam bentuk wayang. Cara menyampaikan ajaran agama dalam bentuk cerita jauh lebih efektif daripada mempelajari agama melalui ayat-ayat kitab suci yang sulit dipahami, terutama untuk kalangan masyarakat awam, bahkan untuk kalangan sarjana.

Kita harus akui bahwa film kolosal Mahabharata, Mahadewa, dan Ramayana, memang merupakan dakwah ajaran Veda secara terselubung bagi umat muslim, akan tetapi bagi umat Hindu hal ini merupakan suatu yang penting. Dengan hadirnya film-film seperti ini dapat belajar ajaran Hindu melalui kisah – kisah yang penuh makna. Tanpa disadari kita telah belajar ajaran Veda dengan cara menyenangkan tanpa membaca kitab suci atau pun buku yang membosankan. Melalui film, jauh lebih mudah memahami alur-alur cerita sehingga mudah diingat, dan sering menjadi renungan dalam menjalani kehidupan.

Tak dipungkiri hal ini dapat merusak akidah umat muslim, bahkan dapat melemahkan keimanan. Banyak penikmat kisah (penonton) Mahabharata dan kisah Mahadewa dapat memetik nilai-nilai kehidupan dalam bentuk pemahaman baru yang dapat menumbuhkan kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai ajaran Veda.

Menurut keterangan kitab Mahabharata, Ramayana, dan Purana. Kisah-kisah yang terdapat didalamnya merupakan kisah yang terberkati, kisah yang bukan sekedar cerita. Para bijak menjelaskan bahwa barangsiapa yang mendengarkan, membaca, merenungkan kisah yang diceritakan itu, maka ia dapat memperoleh kesejahteraan, kedamaian, dan panjang umur. Bahkan dijanjikan surga dan dosanya akan dihapuskan jika seseorang mau mempelajarinya secara mendalam dan menyampaikannya kepada orang lain. Dalam kontek kekinian, dengan menonton film rohani seperti Mahabharata dan Mahadewa, seseorang dapat menemukan arti hidup, menemukan kebijaksanaan, dan tentunya tertarik untuk menerapkannya dalam kehidupan.

 

 

 

Contoh penafsiran dari kisah-kisah rohani:

Mahabharata: Hukuman Mati Menyelamatkan Jiwa Pendosa

Film Mahadewa: Tuhan Terpenjara Umat-Nya

Penebusan Dosa Melawan Orang Tua

 

 

Nikmati artikel lainnya: Waktu Terlarang Berhubungan Seks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun