... tan wenang angreka aksara, amaca, anulis, tuwi makidung muang kekawin, tuwi arerasan saluwiring tatwa aksara suksema, kewalia amuja-muja walinin bhatara Saraswati juga wenang, apan sang pinuja sira amodgalaning sarwa dewa, kewala meneng juga sira ayoga, .... (Sunarigama).
Sederhananya, berdasarkan tuntunan Sunarigama bahwa kita dilarang merajah aksara, membaca, menulis, mekidung dan makekawain, bahkan dilarang merenungkan tattwa suksma aksara suci. Tetapi kita, khususnya pinandita ataupun sulinggih boleh melakukan puja untuk bhatari Saraswati karena itu termasuk amodgalaning para dewa saat ngaturin ida bhatara-bhatari.
Selain hal tersebut, pernah juga mendapat petunjuk dari niskala atau dunia rohani bahwa larangan itu benar-benar tidak boleh dilakukan ketika sedang akan memuja beliau atau akan ngaturin, serta tidak boleh melakukan puja dua kali pada hari itu. Jadi, benar bahwa anggapan boleh membaca dan menulis setelah usai melakukan puja atau selesai sembahyang. Dengan begitu buku-buku juga sebaiknya tidak boleh dibaca jika belum dipercikan tirta wangsuh pada ida bhatara.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa yang dilarang adalah menulis aksara, ngreka aksara, membaca sastra-sastra suci, makidung dan makekawin, serta tidak boleh melakukan puja dua kali dalam hari itu.
Demikianlah uraian singkat tentang larangan membaca dan menulis berdasarkan lontar Sunarigama dan petunjuk niskala, semoga bermanfaat.
Om Shantih, Shantih, Shantih, Om.