Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Memaknai Obrolan dalam Mimpi

21 Mei 2018   13:30 Diperbarui: 21 Mei 2018   14:20 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acapkali kronologi mimpi dalam bentuk obrolan, biasanya perbincangan dalam mimpi berupa perintah melakukan sesuatu maupun nasehat bijak, pengetahuan. Adalah hal yang mengesankan bila kita ingat detail perbincangan yang terjadi dalam mimpi, terlebih lagi bila mimpi tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan kita yang berkecamuk dalam hati.

Nasehat dalam mimpi pada umumnya disampaikan oleh seseorang kepada kita, nasehat satu arah, nasehat dari si A kepada si pemimpi. Akan tetapi tak jarang nasehat dalam mimpi seolah si pemimpi menasehati orang lain, padahal maksud sebenarnya nasehat itu diperuntukan bagi orang yang mimpi, dirinya sendiri.

Sering pula obrolan dalam mimpi terjadi diantara beberapa orang saling berbalas, namun maksud sebenarnya kita disuruh mengambil kesimpulan sendiri obrolan mereka dan maknanya ditunjukan kepada diri sendiri. Berikut contoh-contohnya:

Contoh 1.

Saya pernah mimpi mengajar jadi guru, dalam mimpi itu ada salah satu murid bertanya di luar materi pelajaran pada akhir jam pelajaran. "Sebelum pelajaran berakhir, apakah ada yang ingin bertanya? Boleh bertanya apa saja." ujarku pada mereka. Lalu, siswa yang termuda mengacungkan tangan ke atas agak ragu.

"Bli, bagaimana menyikapi bila kita dicaci maki atau dihina oleh orang yang kita sayangi?" Tanyanya lugu. 

'Wuah... ternyata dia mengalami hal yang sama denganku!" gumamku dalam hati. Muridku memanggil bli karena pada awal perkenalan saya yang menyuruh semua siswa memanggil saya dengan panggilan 'Bli' sebab merasa masih muda dan belum pantas dipanggil bapak.

Pertanyaan murid tersebut membuat hati terenyuh, merasa senasib sepenanggungan, teringat bahwa saya juga sedang mengalami derita seperti itu, cinta bertepuk sebelah tangan dihiasi dengan banyak penghinaan dan caci maki dari dia, orang yang paling disayang.

"Sabar saja, kita harus mengalah! Siapa yang mengalah meski awalnya terlihat kalah, namun akhirnya dia akan jadi pemenang." Ujarku meyakinkan muridku.

Saya pun tersadar dari mimpi, seakan 'alam gaib' di alam mimpi menyinggung saya yang  sering merasa sedih ketika dihina dia, orang yang disayang, bahkan mulai ingin membalas dendam dan ingin menyakiti orang yang disayang itu.

Relasinya dengan mimpi di atas, saya dinasehati oleh Bhatara Hyang Guru (makna jadi guru), supaya sabar dan mengalah untuk mendapatkan kemenangan. Kemenangan yang dimaksud sepertinya supaya menemukan cewek yang lebih baik dari dia yang sering menghina saya.

Hal menarik dari mimpi di atas adalah perbedaan cara berpikir saya antara dalam dunia mimpi dengan dunia nyata, meski esensinya sama. Dalam dunia nyata saya cenderung menerapkan ajaran Sang Budha; Bila dihina janganlah marah karena orang marah tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Ketika kita marah ataupun membalas hinaan dari orang lain maka kita ikut menabur karma buruk, agama tidak membenarkan perilaku mendendam. Sesungguhnya, ketika ada orang yang merendahkan kita sebenarnya mereka sedang meninggikan kita.

Demikian sebaliknya, ketika kita dipuji atau ditinggikan sebenarnya sedang akan dijatuhkan. Dengan catatan bila kita bereaksi terhadap tindakan itu; senang ketika dipuji, benci ketika dihina. Agama mengajarkan kita untuk tidak berbangga hati ketika dipuji, tidak bersedih ketika dihina. Tetap seimbang pada pujian dan hinaan. Dengan cara itu seseorang akan terbebas dari ikatan karma.

Belakangan saya mencintai seseorang yang lebih baik dari wanita yang suka menghina saya, namun wanita ini juga sulit didekati. Suatu hari saya bermimpi, berada di suatu perbukitan. Lalu mendengar kabar bahwa cewek yang suka menghina saya akan menikah dengan orang lain, (sebut saja cewek tersebut si W). "Kalau dia menikah saya biasa saja, tetapi kalau N (yang sedang dicintai) menikah barulah aku sedih." Pikirku.

Kemudian saya berjalan menanjak dan melihat N ada di bawah, jurang, sedangkan saya berada di atas bukit. Tiba-tiba suasana berubah, dan saya berada di suatu aula tempat seminar. Disitu saya menjadi pengkotbah dihadiri oleh banyak orang. Salah satu peserta mengajukan pertanyaan, "Bagaimana caranya supaya kita sukses?"

"Kesuksesan dapat diraih ketika kita mampu bekerja dengan iklas. Nama lain dari kerja iklas adalah pengabdian." Ujarku sebagaimana yang terlintas dalam pikiranku.

"Setuju, setuju, setuju.." sambut hadirin dengan semangat.

Saya maknai mimpi di atas supaya saya mengiklaskan si W, sedangkan untuk si N diperlukan pengabdian dalam mencintainya dan menyayanginya dengan iklas walau terjadi perbedaan antara si N dengan saya (makna dia ada di bawah, sedangkan saya ada di bukit). Di satu sisi mimpi ini bercerita apa adanya bagaimana cara kita bisa sukses dalam karir. Maksud sukses disini yaitu memperoleh kebahagiaan, bukan sekedar mengejar materi.

Contoh 2:

Berada di pura Besakih bersama keluarga besar, mau sembahyang. Anehnya pura Besakihnya ada di timur laut rumah (maksud sebenarnya Kamulan). Disana ada banyak orang yang mau sembahyang. Kami pun segera akan mulai persembahyangan, tetapi bapak saya sibuk ngobrol dengan wa Karma (paman) sedangkan Sulinggihnya sudah melantunkan puja mantra.

"Jero.. coba deh kalau sembahyang jangan ribut-ribut. Dengarkan sulinggihnya ngleneng!" ujar wa Komang (paman yang satunya lagi).

"Saya sudah biasa kalau mau sembahyang ribut-ribut." balas bapak saya dengan nada meninggi, sepertinya bapak saya emosi dinasehati seperti itu.

Lalu saya menengahi obrolan mereka agar tidak semakin panas. "Areehh.. guru neh! Coba deh jangan ribut gitu!' Ujarku agak kesal juga melihat sikap bapak saya. Tumben  sikapnya terlihat begitu.

Tiba-tiba suasana berubah, seperti sudah berganti hari, masih di sekitar tempat itu, akan tetapi sudah tidak ada pura besakih. Kami tinggal bertiga, yaitu bapak saya, wa Komang (paman), dan saya sendiri. Disitu kami membahas ilmu perjodohan, patemuan.

"Kalau mencari isteri, utamakan perjodohannya baik, karena bila perjodohannya baik maka keluargamu akan langgeng kelak. Sedangkan perasaan sayang yang mendalam itu hanya bertahan satu tahun, sesudah itu akan biasa saja." Ujar pamanku.

"Cocok kayaknya, apalagi wanita cepat tua kalau sudah menikah." Pikirku, sembari manggut-manggut mengiyakan nasehat paman. 

Lalu bapak saya menimpali, "Tidak selalu begitu, perasaan juga sangat penting. Mencari jodoh yang baik itu sangat susah." Ujar bapakku sambil melirik saya,  "Asalkan perjodohan sudah dominan baik, itu sudah bagus." Lanjutnya lagi. Terlintas dalam benak saya bahwa  ada banyak petung atau metode menghitung perjodohan. Bila dari banyak metode itu lebih banyak menyatakan baik, maka hal itu sudah termasuk perjodohan yang baik.

Saya tersenyum ketika sadar dari mimpi, obrolannya sangat menarik bagi saya dan mudah dipahami. Saya ulang-ulangi obrolan itu dan mencatatnya. Mimpi model obrolan seperti itu nasehatnya diarahkan kepada kita meski dalam mimpi seolah-olah nasehatnya ke orang lain, dalam cerita di atas seolah-olah bapak saya menjelaskan ke paman saya, padahal maksud sebenarnya, nasehat bapakku maupun paman, keduanya menasehati saya.

Makna mimpi tersebut terbagi menjadi dua jenis nasehat, terlebih lagi dalam mimpi seolah-olah hari sudah berganti, sehingga mimpi tersebut bercerita lebih dari satu persoalan.

Makna mimpi pada bagian pertama, bahwa Bhatara Hyang Guru (simbol ayah), Bhagawan Wiswa Karma (simbol wa karma) dan dewa Kembar (simbol wa komang karena beliau lahir kembar) menasehati keluarga saya agar tidak terbiasa ribut-ribut kalau mau sembahyang atau menghaturkan persembahan di Kamulan.

Bagian kedua, ini cukup menarik. Saya pernah ragu dengan ilmu perjodohan yang saya pelajari, lalu muncul pertanyaan dalam hati, "Sejauh mana sih pentingnya ilmu perjodohan bagi kita dalam pernikahan?", dan jawabannya seperti di atas. Kesimpulan makna mimpinya; bila pernikahan cocok berdasarkan ilmu perbintangan maka perkawinan akan langgeng, perasaan sayang tidak mudah memudar.

Tidak perlu mencari perjodohan yang sangat baik, karena hal itu sulit ditemukan, selalu ada sisi buruknya, asalkan secara umum sudah dominan bermakna baik maka itu sudah termasuk perjodohan yang baik. Dan penting memperhatikan perasaan dalam mencari jodoh, perasaan yang dimaksud adalah kata hati ataupun 'kletegan bayu', getaran cinta. 

Belakangan saya menemukan nasehat yang cukup bijak di dalam Kamasutra, sebagai berikut: "... Tetapi beberapa orang penulis mengatakan bahwa kemakmuran hanya diperoleh dengan menikahi gadis yang menarik perhatiannya, sehingga merupakan satu-satunya gadis yang harus dinikahinya." (Kamasutra, hal 143).

Meski Kamasutra menyatakan demikian, namun Kamasutra juga menjelaskan berbagai kriteria wanita yang tak boleh dinikahi, bahkan juga perlu memperhatikan tanda-tanda keberuntungan seorang gadis. Secara tersirat, dianggap perlu memperhatikan perbintangan, ilmu perjodohan.

Contoh 3:

Sedang berada di timur laut rumah pada malam hari, disana saya melihat kuburan muslim. Lalu saya berjalan menginjak beberapa kuburan orang biasa, mau berbincang-bincang dengan seorang penggali kubur. Katanya, malam ini ada seorang ulama atau Sunan meninggal dunia tetapi jenazahnya masih di perjalanan. Merasa ngeri juga berada di kuburan, siapa tahu ada roh gentayangan di sekitar saya.

"Mas, kalau seorang Sunan wafat, dikubur di sebelah mana ya?"

"Biasanya kalau tokoh masyarakat yang dihormati meninggal, dia dikubur di sebelah barat atau di hulu, sedangkan orang biasa agak di hilir'

"Ohh begitu. Sama aja dengan di Bali. Oya, mas pernah gak merasa takut saat menggali kubur?"

"Pernah! Terutama bila ada orang yang dikubur pada malam hari. Kalau siang sih biasa aja." ujarnya menjelaskan sembari menggali kuburan di samping pohon kopi. Sang penggali kubur juga memindahkan bekas-bekas nisan yang tidak terpakai. 

"Satu lagi, mas. Bila makam seorang Sunan boleh gak ada yang menginjaknya? Soalnya waktu saya lewat di makam orang biasa tadi saya sempat berjalan di atas makam, tapi saat melewati makam ulama saya merasa tak boleh menginjaknya." Tanyaku penasaran. 

"Kalau makam Sunan gak boleh kamu injak karena orang-orang Islam sangat menghormati mereka. Bahkan mereka sembahyang (sholat) di makam Sunan. Kalau makam orang biasa kamu injak masih mendingan." Terangnya lagi.

Mimpi ini ada kelanjutannya, hanya saja cukup sampai disitu agar tidak panjang. Kronologinya sudah tidak lagi soal kuburan tetapi politik. Untuk memudahkan memaknai mimpi ini kudu berangkat dari doa saya. Doanya begini, 'Ratu Sesuunan titiang. Saya belum menikah, juga tidak mawinten (matelah/madiksa), apakah boleh saya ngadegang daksina linggih?'

Saya berdoa begitu karena seminggu yang lalu saya ngadegang daksina linggih (karena orang tua tidak ada yang mau) tapi anehnya hanya berselang dua hari daksinanya lagi dirusak ayam jago.

Dua hari yang lalu lagi membeli daksina, saya suruh ibunya untuk melinggihkannya. Katanya ibu tidak tahu, sedangkan bapak saya tidak mau padahal sudah sakit gara-gara mengabaikan petunjuk-Nya.

Rencananya saya lagi mau melinggihkan daksinanya namun baru ditinggal sebentar telornya dimakan anjing, diambil di atas meja. Tidak bisa dipakai sudah karena sudah dijilati anjing. Mau ganti telornya saja ada perasaan takut dalam hati karena ada tatwanya bila sarana banten dimakan/disentuh anjing tidak boleh dipakai.

Atas dasar kejadian itu saya curiga tidak boleh melakukannya.

Simbol-simbol mimpi di atas; berada di kuburan pertanda kaletehan, ulama meninggal pertanda dewa hendak meninggalkan keluarga saya. Lebih-lebih dalam mimpi ulama disebut Sunan sehingga maknanya Sesuunan (dewata). Untungnya ulama yang meninggal masih di perjalanan. Kalau sampai dikubur, bisa celaka keluarga saya, karena bermakna dewa sudah meninggalkan kita.

Roh gentayangan maknanya keletehan di kamulan itu menimbulkan roh kita dan roh leluhur luntang-lantung. Menggali kuburan ulama di dekat pohon kopi artinya keluarga saya dibilang pahit terhadap Sesuunan. Hanya daksina linggih saja kok susah?

Menginjak makam ini maknanya cukup menarik. Saya terjemahkan bahwa bila yadnya yang biasa seperti menghaturkan persembahan canang sari, masih boleh saya melakukannya. Akan tetapi bila yadnya utama maka orang tua yang melakukannya (makna hulu). Dalam susastra Hindu memang dinyatakan bahwa nangun yadnya utama hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah menikah.

Seminggu kemudian akhirnya ibu saya sakit parah hampir seminggu. Selain karena mengabaikan ngadegang daksina linggih, juga sekitar enam bulan sebelumnya diberi petunjuk untuk melukat namun tak dilakukan juga. Setelah sakit parah begitu, diperiksakan ke dokter tak kunjung sembuh. Namun setelah dibuatkan banten ngulapin dan panglukatan, akhirnya sembuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun