Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi dalam Mimpi, Bagaimana Memaknainya?

1 Desember 2017   19:52 Diperbarui: 1 Desember 2017   20:04 47222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apabila kita sering bermimpi, salah satu kejadian unik yang kita alami adalah bermimpi di dalam mimpi, dengan kata lain saat kita sedang mimpi didalamnya terjadi peristiwa mimpi lagi. Peristiwa ini ada  pula menyebutnya mimpi bertingkat. Umumnya mimpi yang demikian hanya ada satu tingkatan saja. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu bisa terjadi beberapa tingkat, misalnya hingga empat tingkat. Adakalanya kita juga mengalami dua mimpi atau lebih di dalam mimpi.


Berdasarkan hasil pengamatan, seringkali mimpi terakhir dalam mimpi merupakan terjemahan dari mimpi yang terjadi dalam mimpi, hanya saja kita tidak bisa menelannya mentah-mentah, masih perlu diterjemahkan dan mengecek fakta yang terjadi di kenyataan, terutama masalah tempat atau lokasi dalam mimpi. 

Mimpi dalam mimpi hampir sama kasusnya dengan 'mimpi yang menjelaskan mimpi', hanya saja lebih rumit menterjemahkannya karena kita akan bingung mana kronologi mimpi yang bercerita apa adanya dan mana yang merupakan bahasa simbol ataupun bahasa isyarat.

Barangkali akan kesulitan memahami apa yang saya maksudkan tanpa menghadirkan contoh-contoh. Untuk itu berikut contohnya:

1. Saya jalan kaki seorang diri di dekat rumah keluarga lainnya, yaitu di sekitar rumah sepupu, om S, dan om P.
'Guuss.. guuss...' Tiba-tiba saya mendengar suara babi (celeng) tetapi ternyata tidak ada babi. Saya menduga itu suara siluman babi. [Mimpi dalam mimpi]. 

Lalu saya terbangun dan curiga bahwa makna mimpi itu di keluarga om s akan kena musibah. Teringat dengan makna mimpi tentang babi atau celeng diartikan ngleleng: menjerit karena menderita. Sehari kemudian saya mendapat kabar bahwa benar ada yang kena musibah yaitu sepupu saya bli Kembar bertengkar menusuk pantat kakeknya dengan pedang sampai meninggal dunia. Tetapi saya tidak tahu kakek siapa ditusuk, bahkan tidak kenal. Kemudian saya beserta keluarga yaitu ibu dan ayah hendak menjenguknya.

 Namun belum sampai tujuan saya terbangun dari mimpi secara total. [Mimpi tingkatan terakhir].
Mimpi itu membuat saya bingung bagaimana menafsirkannya soalnya cerita mimpinya ada dalam mimpi, terutama kronologi bli Kembar menusuk pantat kakek tetapi tidak tahu kakek siapa yang ditusuk pantatnya pakai pedang. Dalam kepercayaan di Bali memang benar makna babi atau celeng artinya ngleleng (menderita). 

Saya hanya bisa memaknai bahwa Bhatara Hyang Guru (makna ayah-ibu) memberitahu bahwa akan terjadi musibah di keluarga yang saya lewati rumahnya dalam mimpi.

Setelah melihat fakta-fakta yang terjadi, dalam kurun waktu dua minggu saya paham maksud tentang kasus 'kematian' ditusuk pedang. Diketahui setelah ada mimpi lainnya. Ternyata ada pamali di gedong dewa kembar yang ada di sepupu saya. Pamali itu berupa batang kayu hidup menusuk tembok panyengker gedong dewa kembar. 

Dalam masyarakat lokal, makna mimpi ada pertengkaran dengan orang tak dikenal seringkali bermakna ada pamali. Begitu pula makna kematian melambangkan ada kaletehan (kotor secara niskala), baik yang ditimbulkan oleh pamali maupun akibat cemer (leteh). Sedangkan musibah yang dimaksud dalam mimpi benar terjadi. Sekira tiga minggu sesudah mimpi itu, om S mengalami kecelakaan bawa mobil, sedangkan isteri om P jatuh sakit hingga dilarikan ke rumah sakit.

2. Saya hendak ke rumah bibi B jalan kaki soalnya dekat dari rumah. Di jalan saya berpapasan dengan nenek datang dari rumahnya, jalan kaki juga. Nenek jalannya oleng, ternyata nenek sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun