[caption caption="Energi prana mengalir dari telapak tangan bisa mempengaruhi bahan makanan yang disentuh. Sumber foto Prana Indonesia"][/caption]Dalam sebuah seminar seorang pembawa materi menyebutkan bahwa saat ini makanan yang kita konsumsi, energi hidup yang dikandungnya hampir tidak ada. Dengan kata lain, sebenarnya kita hanya makan sampah yang hanya bisa memenuhi perut, tetapi tidak bisa memberi ketentraman dan kedamaian jiwa. Hal itu terjadi akibat bahan makanan yang diolah sedemikian rupa dengan olahan mesin dan bahan makanan sudah lama diambil dari sumbernya, sehingga energi hidup yang dikandungnya telah hilang.
Energi hidup yang dimaksud adalah energi prana yang diambil tumbuh-tumbuhan (bahan makanan) dari bumi. Energi hidup ini merupakan energi yang diperlukan oleh tubuh halus tak kasat mata yaitu tubuh astral, tubuh bioplasmik. Secara sederhana tubuh kita terdiri dari tiga lapisan badan (tri sarira) yaitu; badan kasar (sthula sarira), badan halus (suksma sarira) dan roh atau atman sebagai badan penyebab (antakarana sarira). Selain tri sarira, tubuh juga terdiri dari lima lapis pembungkus tubuh halus yang disebut panca maya kosa. Bagi tubuh halus, energi prana itulah yang diperlukan, sebagaimana tubuh fisik memerlukan gizi yang terkandung dalam bahan makanan.
Dari sudut pandang medis, bahan makanan yang telah lama diambil dari sumbernya dan diawetkan, sari pati seperti kandungan vitamin dari bahan makanan tersebut sudah jauh berkurang, bahkan sudah hilang, sehingga makanan yang demikian tidak baik untuk kesehatan. Oleh karena itulah penting untuk mengkonsumsi bahan makanan yang masih segar dan belum lama diambil dari sumbernya, selain kandungan vitaminnya masih banyak juga kandungan energi prana juga masih baik.
Hal yang menarik dijelaskan dalam seminar tersebut, bahwa mengolah makanan dengan cara manual perlu dipertahankan. Misalnya, mengambil bahan-bahan bumbu dengan tangan secara langsung dan menumbuknya secara manual menggunakan alu atau alat penghalus manual lainnya. Tujuannya agar bahan makanan yang akan kita olah mendapat energi hidup atau prana dari telapak tangan. Demikian juga saat mengolahnya secara manual, bahan makanan mendapat pancaran energi dari tubuh kita.
Berdasar pada pandangan pribadi, ada dua hal utama yang perlu kita perhatikan saat memasak bahan makanan.
Pertama, memasak dengan cinta kasih. Maksudnya, seseorang yang sedang memasak pikirannya dipenuhi oleh hal-hal positif, dimana kondisi hati dan pikiran dalam keadaan damai, senang, dan penuh cinta. Dengan keadaan demikian maka bahan makanan yang akan diolah menerima energi positif yang terpancar dari orang yang memasak.
Apabila seseorang yang sedang memasak dalam kondisi pikiran negatif seperti marah dan benci, maka bahan makanan akan menerima energi negatif tersebut sehingga bahan makanan demikian akan berdampak buruk terhadap tubuh kita, baik tubuh fisik maupun tubuh halus, seperti misalnya menyebatkan makanan terasa tidak enak, bahkan menyebabkan sakit.
Dalam ajaran Hindu, dalam bahan makanan maupun makanan, disana bertahta sanghyang urip; dewa kehidupan. Oleh karena itulah seseorang tidak dibenarkan mencaci maki makanan dan dilarang memarahi orang yang sedang makan. Atas dasar pemahaman demikian, penting sekali orang memasak dengan pikiran penuh cinta kasih, sehingga energi positif dan energi hidup mengalir ke dalam makanan (bahan makanan), yang kemudian akan membawa kedamaian bagi mereka yang memakannya.
Kedua, mencuci dengan air dan garam. Mencuci bahan makanan memang sudah biasa dilakukan agar bahan makanan menjadi bersih. Akan tetapi dalam sudut pandang spiritual, mencuci bukan sekedar membersihakn tetapi juga menyucikan. Meski bahan makanan sudah terlihat bersih tetap penting untuk dibersihkan dengan air murni agar disucikan. Dalam bahan-bahan makanan selalu ada kemungkinannya energi-energi kotor atau energi negatif yang terkandung, sehingga dengan mencucinya energi negatif terbuang bersamaan dengan limbah kotor yang kasat mata.
Selain mencuci dengan air bersih, perlu mencuci bahan makanan dengan air dicampur garam, tujuannya untuk menyerap energi negatif yang dikandung bahan makanan. Seperti diketahui, garam mampu menyerap energi hitam atau energi negatif yang ada di sekitar kita. Dengan menerapkan hal-hal sederhana seperti itu, semoga makanan yang kita makan bisa membawa kedamaian dan kentraman jiwa meski bukan makanan mewah.
Â