Yang-dicintai-oleh-para-Dewa, Raja Piyadasi, berhasrat bahwa semua ajaran agama dapat berkembang di mana saja, bagi semuanya berhasrat untuk mengendalikan diri dan menjaga kemurnian hati16. Tetapi manusia memiliki berbagai macam hasrat dan nafsu keinginan, dan mereka boleh berlatih semua yang semestinya mereka latih atau cukup sebagian saja darinya. Tetapi seseorang yang memiliki kemampuan lebih namun tidak dapat mengendalikan dirinya, kurang memiliki kualitas hati,rasa-syukur dan bakti, adalah orang yang patut dikasihani. (Maklumat Batu ke 7).
Yang-dicintai-oleh-para-Dewa, Raja Piyadasi, menghargai baik para pertapa maupun perumahtangga segala agama, dan Beliau memberi penghargaan kepada mereka dengan hadiah dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Tetapi Yang-dicintai oleh para Dewa, Raja Piyadasi, tidak menghargai hadiah-hadiah dan penghormatan sebagaimana Beliau menghargai hal ini – bahwa musti ada tumbuh kembangnya esensi pokok ajaran setiap agama. Penumbuhkembangan esensi ajaran dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi semuanya pasti berakar pada terkendalinya ucapan, yakni: jangan membanggakan agamanya sendiri, jangan mencela ajaran agama orang lain tanpa alasan yang jelas. Dan jika memang ada alasan untuk mengkritik, haruslah dilakukan secara lembut. Tetapi tetap saja lebih baik untuk menghargai ajaran agama lain oleh karena alasan tadi. Dengan melakukan hal ini, akan memberi keuntungan bagi agama orang itu sendiri dan begitu pula bagi ajaran agama orang lain, dan berbuat yang sebaliknya bakal merugikan agama orang itu dan agama orang lainnya. Siapapun yang membanggakan ajaran agamanya sendiri, oleh karena keyakinan yang fanatik, dan menghina yang lain dengan pemikiran ‘Saya mengagungkan agama saya’, hanya akan merugikan agamanya sendiri. Oleh karenanya adanya kontak (antar umat beragama) adalah baik. Seseorang sepatutnya mendengarkan dan menghormati ajaran yang disampaikan oleh orang lain. Yang-dicintai-oleh-para-Dewa, Raja Piyadasi, menginginkan agar semua orang mesti mempelajari dengan benar ajaran yang baik dari agama orang lain.
Mereka yang puas dengan ajaran agamanya sendiri mesti diberi tahu bahwa: Yang-dicintai-oleh-para-Dewa, Raja Piyadasi, tidak menghargai hadiah-hadiah dan penghormatan sebagaimana Beliau menghargai hal bahwa mesti ada tumbuh kembang di dalam hal-hal yang esensial dari setiap agama. Dan demi tujuan ini banyak yang terus bekerja – Dhamma Mahamatra, Mahamatra yang bertugas di ruang keputren, pejabat yang bertugas di daerah pinggiran, dan petugas-petugas lainnya. Dan buah daripadanya adalah ajaran agama seseorang dapat berkembang dan begitu pula Dhamma pun juga akan tersinari. (Maklumat Batu ke 12).
Dari maklumat Raja Ashoka tersebut, kita yang hidup pada jaman modern seperti saat ini dapat mengembangkan konsep toleransi yang dicetuskan Raja Ashoka. Kita sudah seharusnya menghindari menghambat tumbuh kembang setiap agama, tidak mencelanya, namun sebaliknya dengan mendukung perkembangan agama lain dan menghargai agama lain seperti menghargai agama sendiri. Dengan cara itu, kita bisa hidup berdampingan dalam suasana rukun dan damai.
Â
Â
Tulisan terkait Kitab Karya Acarya Canakya
Tulisan sebelumnya Hutang Orang Tua Meninggal Wajib Dibayar Anak Cucu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H