Beberapa hari yang lalu, aku mendapati temanku menangis ( Parah! Ampe meler! Diriku ini gak bawa sapu tangan, maksud hati membantu, apa daya sapu tangan gak ada! Gak mungkin dong pake bajuku!! Mungkin sih… tapi lebih baik enggak…).
Seperti layaknya seorang teman yang SOK BAIK, aku tanyain deh apa sebabnya dia nangis, dan dia menceritakan semua masalah yang menimpanya dengan emosi sepeti disinetron – sinetron. Ia menangis sampai terisak – isak (Tambah meler!). Sampai akhirnya aku mengerti, ia menangisi nilai – nilainya yang anjlok, dan takut ngecewain ortunya!
Aku diam. Bukannya rasa simpati yang aku tunjukkan padanya, aku malah kesal dan membentaknya “Cuma gitu doang Nangis?! Hey, teman! Kamu gak bakal mati gara – gara masalah itu!” (Iya shell, dia gak bakal mati kecuali dia bunuh diri!). Lalu aku pergi meninggalkannya. Bagiku, itu masalah biasa, aku sering dan sudah beberapa kali menghadapi hal yang sama bahkan lebih parah dari itu… (dan Alhamdulillah, belom mati).
Lagipula itu salahku sendiri gak belajar bener – bener! Dan sekarang itu masalahnya dia! ( yakin shell? Bukannya kamu juga masih bermasalah dengan nilai?) Sepanjang jalan aku terus berfikir tak sepantasnya ia menangis, tak sepantasnya ia selemah itu! (nah, lebai kan?!) Tapi semakin jauh aku berjalan, aku semakin menyalahkan diriku sendiri. Akupun tiba – tiba teringat ketika pertama kali menghadapi masalah yang sama dengannya dan pada saat itupun aku menangis. Mungkin dia bakal dihajar habis – habisan kalau nilainya gak bagus, sementara aku CUMA dijewer. ah! Bodohnya aku! Mungkin aja gara – gara itu dia nangis ampe segitunya!
Ada suara – suara yang menyadarkanku, aku beruntung menghadapi masalah itu terlebih dulu, namun ia baru dihadapkan dengan masalah seperti itu sekarang (berutungnya dia, selama ini nilai dia bagus, dan baru kali ini gagal, sementara aku… udah dari dulu anjlok… ehhehehehe!!). Bukan sebuah tindakan yang bijaksana meninggalkan seorang teman menangis, Bukan sebuah tindakan yang bijaksana meninggalkan teman tanpa membantunya menyelesaikan masalahnya, padahal aku mengetahui jalan keluarnya (yaiyalah apalagi kalau gak minta maaf ama ortu dan berjanji bakal belajar lebih rajin lagi! Sayangnya gak segampang kalimat yang aku lontarkan!)
Akhirnya aku berbalik arah, berlari, mencari temanku ke tempat dimana aku meninggalkannya tadi. Alhamdulillah, aku masih mendapatinya disana. Terduduk diam. Terisak – isak. Namun tangisnya sudah berhenti (Melernya juga udah lega kayaknya!). Aku melangkah perlahan mendekatinya, namun memang dasar aku orangnya gak romantis, tetep aja aku bersuara tinggi.
“Udahlah gak usah nangis!” seruku.
Dia menatapku, masih terisak – isak lalu membuang muka. Aku kehilangan kesabaran, duduk disebelahnya dan berkata “ Aku punya jalan keluarnya, ini bukan sesuatu yang besar! Hari ini juga aku insya Allah bisa bantu nyelasaiin masalah ini!”
Dia masih diam, namun sudah sedikit lega, tapi memang dasarnya lagi aku ini gak punya perasaan lembut kali yah?! Aku tarik tangannya aku bawa dia jalan kepersimpangan (terinspirasi dari film meteor garden yang pas Tao ming tse narik tangan sanchai). “ Sama mereka? Apa masalah kamu jauh lebih berat? Liat dong?! Ngaca! Kamu masih dikasih baju yang bagus, makan 3 kali sehari! Orang tua yang sayang sama kamu yang merawat kamu! Masih bisa kuliah! Kasihan tu mata dipake nangis mulu! Matamu juga gak minus kayak mataku, mau dibikin minus?!” Ujarku sambil menunjuk beberapa pengamen dan pengemis.
Dia tampak tersentak. Mungkin dia sakit hati, namun aku tahu dari raut wajahnya ia mengiyakan semua pernyataanku. “Hidup itu pasti ada masalah, bahkan hidup tanpa masalah itu adalah masalah itu sendiri. Masalah untuk dihadapi bukan ditangisi! Kamu gak harus nangis… sesedih sedihnya usahakan jangan menangis dulu. Lihat kebawah… banyak yang tidak seberuntung kamu, teman…” (Cie! Mulailah diriku dengan KE-SOK-BIJAK-AN yang aku miliki, tapi pada saat itu kalimat – kalimat sadis ini memang keluar).
Dia diam. Aku pun diam. Masih banyak kata – kata sadis yang ingin aku lontarkan demi menyadarkannya, tapi sesadis – sadisnya aku, aku bukan setan! Hyaaa… namanya juga manusia, ada setannya, ada malaikatnya juga. Aku gak tega untuk lebih jauh lagi membantainya.
“Lo benar, shel!” Nah! Kena’ deh! Kata – kata itu yang aku nanti dari mulutnya. Kata – kata untuk bangkit dan menyadari bahwa dia bisa menghadapi masalahnya tanpa nangis! Seketika itu juga bagiku masalah itu selesai.
Dari kejadian itu, ada beberapa hal yang aku sadari, yang benar – benar menjadi koreksi besar dalam hidupku. Yang pertama, masalah seperti latihan soal, ketika pertama kali kita menghadapi suatu masalah yang belum pernah kita atasi, kita akan merasa berat menanggungnya. Namun kita akan semakin merasa ringan ketika beberapa kali kita melewatinya dan mengetahui bagaimana cara melewatinya (Tapi gak kayak aku juga sih, yang dalam masalah itu – itu aja ampe kebal! Bahkan ketawa – tawa kalau nilai jeblok! (gak juga sih, hatiku sedikit perih! Hahaha!))
Kedua, tidak semua orang sekuat kita dalam menghadapi masalah. Mungkin menurut kita ringan , namun tidak menurutmu, dia, atau mereka. Dari kesimpulan yang satu ini aku teringat satu kalimat yang sudah tidak asing “ Tidaklah Allah menguji suatu kaum mlainkan sesuai dengan kesanggupannya” Menyadari itu, aku menjadi merasa bersalah, betapa sombongnya aku berfikir itu hanya masalah kecil. Aku bahkan menghardik diriku sendiri yang tidak menolongnya, padahal aku menganggap masalah itu sepele.
Ketiga, sebisa mungkin jangan menangis. Seberat apapun masah itu, kalaupun terpaksa, menangislah sebentar, menangis tak akan menyelesaikan masalah itu dengan sendirinya.
Keempat, ketika aku merasa lebih sial, lebih apes dari orang lain, lihat kebawah, banyak yang lebih apes! Gak sampai situ, dan jangan tertawa! keapesan mereka yang udah membuatku bangkit, harus dibalas dong! (yah, kan menurut ilmu ekonomi itu sama aja dengan jasa!) Jadi berterima kasihlah kepada mereka, ketika berhasil menghadapi masalah. Berterima kasih ada banyak cara kan? Hehehe… Untuk semua kebahagiaan dari Allah,
Mershelly Syanel
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI