Ketika mulut tak dapat berbicara,ketika mata tak dapat berbicara, dan ketika hati tak dapat menyampaikan perasaan, bagaikan Rumah Tampa pintu, bagaikan lantai yang dapat dikotoriÂ
Ku ambil secarik kertas, Â mencoret-coret isi hati , aku benci kepada dia yang pamit tampa pamrih , kau takkan mengerti bagaimana, menjadi secarik kertas, yang awalnya bersih menjadi kotor
Kau menjadi tinta buat selama-lamanya pikiran ku beradu domba, aku berjalan tampa arah, menanti senja yang di sambut lampu merah alun alunÂ
Secarik kertas ini tak dapat berbuat apa-apa hanya terdiam kaku, Tanpa mengenal perasaan kau dan aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H