Mohon tunggu...
Merry Gabriella
Merry Gabriella Mohon Tunggu... Freelancer - Let's Write and Share

Blogger | Art n Craft Lover | Freelancer | Ex Full Time Employee of Various Types of Business Entities

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prof. Dr. Ir. Duma Hasan, DEA Dalam Kenangan

21 April 2020   23:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:12 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Makam Papa | Dokumentasi Merry

Ada lagi kacamatanya yang sudah patah lalu disambung dengan pegangan pisau cukur dan terus saja beliau pakai saat sedang belajar dirumah. Mungkin kalau Mama tidak ngamuk, pastilah kacamata itu akan dipakai saat pergi mengajar.

Tapi yang paling epik itu adalah kejadian sekian tahun lalu saat saya masih kuliah. Waktu itu Papa datang ke rumah Oma dan dengan bangganya menunjukkan hp nya yang sudah babak belur. Waktu itu hp nya merk nokia versi 8000 sekian. Saat saya tanya ternyata hp itu meledak waktu sedang di charge karena baterai yang digunakan bukan yang original dan mungkin karena terlalu lama di charge. Papa lalu merangkai kembali hp yang sudah hancur karena meledak itu dan hp itu bisa berfungsi kembali. 

Staf-staf papa di Central Workshop Unhas sudah menawarkan untuk membelikan hp yang baru dengan menggunakan dana operasional tapi Papa menolak dengan keras dengan alasan hp itu masih bisa dipakai. Para stafnya merasa malu saja karena hp pimpinan mereka babak belur begitu sementara mereka semua memakai hp yang jauh lebih bagus. 

Tapi sekali lagi Papa adalah orang yang sangat sederhana dan tidak suka membuang barang sehingga beliau nyaman saja memakai hp yang sudah meledak dan dirangkai kembali karena buat beliau fungsinya adalah yang utama. Biasanya papa bercanda, buat apa hp bagus tapi nggak ada pulsanya hahahha…..

KERENDAHAN HATI

Papa adalah seorang yang sangat rendah hati dan hidup dalam kesederhanaan. Ini dilatarbelakangi karena beliau dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.

Beliau tidak pernah tahu dan kenal dengan yang namanya nongkrong atau berbelanja di toko mewah apalagi mall. Untuk pakaian, beliau memilih membeli dari pusat barang bekas/second handed. Pernah sekali saat beliau berulang tahun, saya memberikan hadiah berupa sebuah kemeja karena saat itu saya sudah bekerja. Tentu saja saya memilihkan kemeja dari brand yang cukup terkenal dan harganya cukup mahal karena ini adalah sesuatu yang spesial untuk papa saya. 

Saya sudah berharap reaksi beliau yang senang dan berseri-seri saat membuka dan melihat hadiah saya. Tetapi yang terjadi beliau malah menanyakan berapa harga kemeja itu. Saya bilang untuk tidak memperdulikan soal harga karena ini kan pemberian istimewa di hari ulang tahunnya. Saat beliau tahu harga dari kemeja itu, beliau berkata : “ Kalau kamu belikan papa yang bekas saja sudah bisa dapat 10 kemeja”. Saya tertawa mendengar itu.

Begitu juga saat beliau dibelikan barang seperti sepatu. Beliau lebih memilih memakai sepatu yang lama sampai benar-benar rusak dan tidak dapat dipakai lagi kemudian setelah itu memakai sepatu yang dibelikan. Papa tidak pernah memperdulikan soal materi dan gengsi jadi jangan heran jika beliau tidak tahu sama sekali soal merk terkenal yang kalah menarik dibandingkan rumus-rumus fisika dan matematika.

Papa sangat setia dengan mobil kijang tuanya. Buat beliau, yang terpenting adalah fungsi sehingga beliau tidak memperdulikan soal mobil yang mentereng, keluaran terbaru dan mewah. Saat ditanya oleh salah seorang mahasiswa kenapa setia dengan mobil tuanya sementara anaknya memakai mobil yang lebih bagus, dengan santainya papa menjawab : “Anak saya adalah anak seorang guru besar, jadi wajar saja dia memakai mobil yang bagus. Tetapi saya hanya anak seorang petani, jadi cukup mobil yang tua asal masih bisa berfungsi”.

Sifat rendah hatinya ini juga tercermin dengan tidak pernahnya beliau menuliskan namanya lengkap dengan gelarnya. Beliau selalu menulis nama tanpa gelar. Saya masih ingat jaman masih ngetrennya Yellow Pages, kalau dicari yang tercantum hanya nama tanpa ada satu pun gelar akademiknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun