Mohon tunggu...
Merry Gabriella
Merry Gabriella Mohon Tunggu... Freelancer - Let's Write and Share

Blogger | Art n Craft Lover | Freelancer | Ex Full Time Employee of Various Types of Business Entities

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prof. Dr. Ir. Duma Hasan, DEA Dalam Kenangan

21 April 2020   23:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:12 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prof. A. Amiruddin selaku rektor Unhas saat itu memanggil satu persatu dosen yang juga memiliki pekerjaan di luar, termasuk papa. Papa diberikan pilihan, tetap menjadi dosen dan meninggalkan profesi pegawai kantoran atau sebaliknya. Dengan mantap, papa akhirnya memilih untuk sepenuhnya menjadi dosen sekalipun gaji yang diterima tidak sebesar pada waktu menjadi pegawai kantoran. Papa sangat berkomitmen sekaligus konsisten dengan panggilan hidupnya.

Kami pun sangat bersyukur kepada Tuhan karena mama selalu mendukung pilihan papa. Mama adalah seorang figur yang luar biasa bagi kami semua.

Menginjak usia 70 tahun, papa pensiun dari profesi dosennya. Sebetulnya papa masih bersemangat untuk mengajar. Kadang kami pun sulit mencegahnya. Yang kami mau supaya papa menikmati hari tuanya dengan santai. Bukankah memang sudah waktunya. Namun itulah papa kami, seorang pengajar sejati. Semangatnya tidak pernah pudar. Beliau tetap mengajar di UKIP sekaligus mengajar cucu-cucunya di rumah.

Papa juga adalah seorang yang berprinsip. Apapun yang ditawarkan kepada beliau yang sekiranya dikemudian hari akan menjadi masalah, dengan tegas beliau pasti menolak. Beliau pun tidak mau dipusingkan dengan hal-hal yang bersifat birokrasi.

SELERA MAKAN

Semasa hidupnya, terutama saat masih aktif sebagai dosen, papa selalu menyempatkan diri untuk pulang makan siang di rumah dengan menu yang sangat sederhana atau yang biasa dikenal dengan menu rumahan. Papa tidak terlalu menyukai makanan yang berbumbu. Beliau lebih memilih makanan yang dimasak dengan sederhana, seperti : sayur bening dengan lauk satu macam saja yaitu ikan. Menurut mama, mengurus dan menyiapkan makanan papa itu sangat gampang karena apa yang mama masak dan sajikan pasti akan dimakan oleh papa. Selain itu, papa juga bukan penggemar makanan pedas padahal biasanya orang Toraja paling jago dan doyan dengan makanan pedas.

Papa hampir tidak mengenal yang namanya jajan apalagi untuk nongkrong di café atau restoran. Bila papa mendapat jatah makanan dari kegiatan-kegiatan yang dihadirinya, biasanya makanan itu dibawa pulang atau diberikan kepada staf/pegawai yang ditemuinya. Papa juga selalu mengingatkan mama untuk masak yang secukupnya dan jangan sampai ada makanan yang terbuang. 

Papa juga seseorang yang tidak pernah membuang makanan bahkan setelah makan tidak ada satu biji nasi pun yang tersisa di piringnya. Bila ada nasi sisa dan sudah dingin, papa memilih menghabiskan dahulu nasi itu dan membiarkan anak-anak serta cucu-cucu yang menikmati nasi yang baru saja dimasak. Ini juga yang selalu beliau katakan kepada anak-anak dan cucu-cucu. Beliau bisa menegur keras jika kami menyisakan atau membuang makanan.

Selain karena gaya hidup yang sangat sederhana dan juga karena beliau adalah orang yang hemat, papa memilih makan di rumah karena alasan kesehatan. Papa sangat memperhatikan makanan dan porsi yang dikonsumsinya. Hampir tidak pernah beliau menyentuh makanan instan atau yang diawetkan. Mungkin ini juga salah satu resep papa untuk menjaga kondisinya selalu fit. Dan satu lagi, beliau sangat peduli dengan berat badannya dan sangat takut menjadi gemuk.

Saat sudah berusia lanjut dan memiliki cucu, barulah papa mulai menyukai makanan-makanan seperti ayam goreng KFC, hamburger, pizza, dan sushi. Setiap kali memesan/membeli makanan untuk cucu-cucu sesuai keinginan mereka (yang juga adalah perintah dari papa yang selalu menuruti keinginan cucu-cucu dalam hal makanan), pasti ada jatah buat papa juga. Pernah papa berebut makan sushi dengan cucu-cucunya. Ternyata pengaruh cucu-cucu sangat kuat terhadap opanya dan hal ini juga membenarkan bahwa semakin tua seseorang maka sikapnya akan kembali seperti anak-anak

HOBI OLAH RAGA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun