Berpulangnya Prof. Dr. Ir. Duma Hasan, DEA, seorang Guru Besar Fakultas Teknik Unhas pada tanggal 31 Mei 2019 di Makassar, sangat mengejutkan banyak pihak.
Melalui tulisan ini saya menuangkan kisah hidup almarhum sebagaimana diceritakan secara langsung oleh salah seorang anak beliau yang bernama Silvani Duma atau yang biasa kami sapa dengan sebutan Vani.Â
Semua yang tertuang disini adalah sebagai wujud rasa hormat kepada almarhum yang semasa hidupnya merupakan figur sederhana, merakyat, ramah, rendah hati, tulus ikhlas, bertanggung jawab, menyayangi keluarga, pekerja keras, tidak membedakan siapapun dalam kehidupan sehari-hari, taat beribadah sekaligus mengamalkan ajaran agama, memiliki sikap toleransi yang tinggi, cinta damai, mendahulukan kepentingan orang lain, dan selalu siap berkorban.Â
Terlebih almarhum sangat mencintai profesinya sebagai seorang dosen yang bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan. Beliau adalah pribadi yang konsisten dalam semua hal serta menjunjung tinggi kejujuran. Masih banyak lagi teladan lain yang bisa ditemukan dalam kisah hidup beliau. Termasuk keunikan-keunikan yang biasanya menjadi ciri khas orang jenius.
Begitu banyak pula yang mengantarkan jasad beliau menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Bukti nyata bahwa beliau ada di hati semua yang mengenalnya.
Kebaikan dan kesederhanaannya hendaknya menjadi panutan bagi kita semua dari generasi ke generasi. Perbedaan akan selalu ada semasa kita hidup di dunia ini. Namun jangan biarkan perbedaan itu menjadi sumber ketidakharmonisan dan perpecahan, tetapi sebaliknya, perbedaan itulah yang menjadikan kita semakin arif, bijak, kuat bersatu di manapun kita berada.
Jangan pernah berhenti berbuat kebaikan dan biarlah hanya Tuhan saja yang mengetahui semuanya itu.
Terima kasih kepada segenap keluarga, teman-teman, serta alumnus universitas yang sudah banyak memberikan perhatian dan bantuan bagi kami sekeluarga baik selama almarhum menderita sakit sampai kepada wafat dan pemakamannya. Tuhan yang membalaskan semua kebaikannya.
MASA KECIL
Papa dilahirkan di Makale, Tana Toraja (Sulawesi Selatan) pada tanggal 14 Juli 1940. Makale merupakan kota sejuk karena berada di dataran tinggi. Jaraknya dari kota Makassar adalah sekitar 300 km.
Orang tua papa adalah petani. Beliau sering bercerita perjuangan-perjuangan hidupnya semasa kecil. Bagaimana harus ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh 18 km pulang pergi dari rumah. Belum lagi saat hujan terpaksa melepas baju dan menggunakan daun pisang untuk membungkus baju dan buku-bukunya agar tidak basah karena seragam sekolahnya hanya satu yang apabila basah tidak bisa dipakai lagi keesokan harinya. Ini juga yang akhirnya membentuk gaya hidup papa menjadi sangat sederhana dan bersahaja.