APAKAH PENYIMPANGAN??
Penyimpangan adalah perilaku yang melanggar standar perilaku atau harapan dari sebuah kelompok atau masyarakat. Penyimpangan melibatkan pelanggaran norma kelompok yang mungkin atau tidak mungkin diformalkan menjadi hukum. Ini adalah konsep komprehensif yang tidak hanya mencakup perilaku kriminal, teteapi banyak tindakan yang tidak tunduk pada hukuman. Para pejabat publik yang menerima suap telah menentang norma sosial, begitu juga siswa sekolah menengah yang menolak untuk duduk di kursi yang disiapkan atau diskors.
Dari sebuah perspektif sosiologis, penyimpangan tidak bisa objektif atau diatur seperti batu. Sebaliknya, tunduk pad definisi sosial dalam suatu masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang dapat memperoleh identitas menyimpang dengan banyak cara, karena fisik atau perilaku beberapa orang terpaksa ditempatkan dalam peran sosial yang negatif. Begitu diberi peran yang menyimpang, mereka kesulitan menyajika citra positif kepada orang lain dan bahkan mungkin mengalami penurunan haraga diri.
Penjelasan awal tentang perilaku yang menyimpang dari harapan masyarakat menyalahkan penyebab supranatural atau faktor genetik. Meskipun kriminalitas bukan merupakan kepribadian, peneliti telah berfokus pada ciri yang mungkin mengarah pada kejahatan seperti agresi. Tentu saja, agersi juga dapat menyebabkan keberhasilan dalam dunia usaha, olahraga atau kehidupan lainnya. Keterbatasan pengetahuan saat ini mungkin memperkuat asumsi rasis dan seksis dan implikasinya mengganggu rehabilitas kriminal telah menyebabkan sosiolog menggunakan pendekatan lain untuk menjelaskan penyimpangan secara lebih luas.
1.Perspektif fungsionalis
Menurut fungsionalis, penyimpangan merupakan bagian umum dari keberadaan manusia dengan konsekuensi positif dan negatif bagi stabilitas sosial. Durkheim (1897 – 1975) memperkenalkan istilah anomie dalam kamus sosiologi untuk menggambarkan perasaan kehilangan arah dalam masyarakat ketika kontrol sosial terhdap perilaku individu tidak lagi efektif. Anomie adalah keadaan tanpa norma yang biasanya terjadi selama periode perubahan sosial ayng dalam dan ketidakteraturan, seperti saat kehancuaran ekonomi. Robert Merton (1968) memberikan kontribusi penting bagi pemahaman sosiologis tentang penyimpangan dengan menunjukkan bahwa menyimpang seperti inovator dan ritualis berbagi dengan oarang yangs sesuai, seorang naara pidana yag dihukum dapat menyimpan banyak aspirasi yang sama seperti orang – orangyang tanpa latar belakang kriminal. Teori ini membantu kita untuk memahami penyimpangan sebagai perilaku sosial terciptakan, bukan sebagai hasil dari implus patologis sesaat.
2.Perspektif Interaksionis
Pendekatan fungsionalis pada penyimpangan menjelaskan penyebab pelanggaran aturan terus terjadi meskipun ada tekanan unuk menyesuaikan dan mematuhi. Namun, fungsionalis tidak mengindikasikan bagaimana orang datang untuk melakukan tindakan menyimpang atua mengapa pada beberapa kesempatan kejahatan dilakukan atau tidak terjadi. Penekanan pada perilaku sehari – hari yang merupakan fokus dari perspektif interaksionis menawarkan dua penjelasan kejahata budaya transmisi dan teori kegiatan rutin. Teori pabelan disebut pendekatan reaksi sosial yang mengingatkan kita bahwa itu adalah respon atau suatu tindakan, bukan perilaku itu sendiri yang menentukan penyimpangan. Popularitas teori pabelan tercermin pada munculnya perspektif terkait yang disebut konstruksionisme sosial. Menurut perspektif konstruksionisme sosial penyimpangan adalah produk dari budaya yang kita hidupi. Konstruksi sosial memfokus khusus pada proses pengambilan keputusan yang menciptakan identitas menyimpang.
3.Perspektif konflik
Teori konflik menunjukkan bahwa orang dengan kuasa melindungi kepentingan mereka sendiri dan menentukan penyimpangan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Teori ini membantu menjelaskan penyebab masyarakat kita memilki hukum atas perjudian, pengguna narkoba, dan prostitusi yang banyak dilanggar dalam skala besar. Teori konflik berpendapat bahwa sistem peradilan pidana di seluruh Amerika memperlakukan tersangka berbeda berdasarkan latar belakang ras, etnis, atau kelas sosial. Perbedaan dramatis dalam penanganan sosial dapat mengarah pada kekerasan dan kejahatan tingkat tinggi. Orang melihat diri mereka sebagai korban dari perlakuan yang tidak adil dapat menyerang, dan tidak menentang yang kuat seperti terhadap sesama korban. Perspektif yang dikemukakan oleh ahli teori konflik dan pabelan cukup kontras dengan pendekatan fungsionalis tentang penyimpangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H