Rembang – Peristiwa tragis menimpa seorang nelayan asal Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, bernama Pomo Prianto (38). Setelah sempat dilaporkan hilang, Pomo akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Sabtu sore (7/12/2024). Penemuan ini terjadi beberapa jam setelah perahu miliknya ditemukan terombang-ambing tanpa awak di tengah laut pada pagi hari yang sama.
Koordinator Unit Siaga Kantor SAR Rembang, Achmad Nurzain, menjelaskan bahwa Pomo berangkat melaut pada Sabtu pagi sekitar pukul 04.30 WIB. Ia menuju ke perairan dekat Pulau Marongan, namun keberadaannya menjadi misteri ketika perahunya ditemukan oleh nelayan lain sekitar pukul 07.30 WIB. Perahu tersebut berada dalam kondisi mesin mati dan tanpa Pomo di atasnya. “Perahu yang ditemukan nelayan tersebut kemudian ditarik ke pantai Dusun Wates. Informasi ini dilaporkan kepada kepala desa sebelum diteruskan kepada tim SAR,” ujar Achmad.
Menanggapi laporan tersebut, tim SAR gabungan segera bergerak untuk melakukan pencarian. Operasi pencarian dimulai sejak pagi dan berlangsung hingga sore hari. Meskipun dihadapkan pada kendala cuaca buruk yang menyulitkan proses pencarian, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, relawan, dan nelayan setempat terus berusaha menemukan keberadaan Pomo.
Usaha mereka akhirnya membuahkan hasil pada sore harinya. Sekitar pukul 16.00 WIB, jenazah Pomo ditemukan mengapung sekitar satu mil dari bibir pantai Pulau Marongan. Jenazah kemudian dievakuasi dan dibawa ke pantai Dusun Wates pada pukul 16.30 WIB.
Setelah dievakuasi, jenazah Pomo dipulangkan ke rumah duka di RT 1/RW 3 Dusun Wates, Desa Tasikharjo. Proses pemakaman berlangsung pada malam hari, dihadiri keluarga dan warga setempat yang turut berduka atas kehilangan ini.
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan kesiapan para nelayan saat melaut. Cuaca di laut yang tidak menentu menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh nelayan, terutama saat memasuki musim penghujan dan angin kencang.
Koordinator SAR mengimbau agar para nelayan selalu memantau prakiraan cuaca sebelum berlayar dan memastikan peralatan keselamatan seperti pelampung tersedia di atas perahu. “Keselamatan adalah prioritas utama. Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” tambah Achmad.
Di tengah kabar duka tersebut, pencarian terhadap seorang nelayan lain yang juga dilaporkan hilang, Soeradi, warga Desa Pasar Banggi, hingga kini masih terus dilakukan. Soeradi diketahui hilang dalam peristiwa terpisah beberapa waktu sebelumnya. Tim SAR bersama masyarakat setempat terus berupaya mencari keberadaan Soeradi dengan menggunakan perahu tradisional dan alat bantu lainnya.
Keluarga Soeradi masih menunggu kabar dengan penuh harapan, meskipun waktu pencarian yang semakin panjang menambah kekhawatiran. “Kami tetap melakukan pencarian dengan berbagai upaya. Harapan kami, Soeradi dapat segera ditemukan dalam kondisi apa pun,” ujar Achmad.
Kejadian hilangnya nelayan di Rembang belakangan ini memicu keprihatinan di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah. Banyak warga yang turun tangan membantu pencarian dengan mengerahkan perahu dan sumber daya yang mereka miliki. Laut yang ganas dan cuaca buruk adalah ancaman serius yang kerap dihadapi para nelayan, terlebih ketika memasuki musim penghujan dengan potensi angin kencang dan gelombang tinggi.
Achmad Nurzain kembali mengingatkan para nelayan untuk lebih berhati-hati sebelum memutuskan berlayar. “Kami mengimbau agar nelayan selalu memantau informasi prakiraan cuaca, memastikan kondisi perahu dalam keadaan baik, dan melengkapi diri dengan peralatan keselamatan seperti pelampung,” tegasnya. Kesadaran terhadap risiko dan kesiapan menghadapi situasi darurat dapat menjadi langkah preventif yang menyelamatkan nyawa.