Mohon tunggu...
Meri Yanti
Meri Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

✨ 𝔹𝕚𝕠𝕥𝕖𝕔𝕙𝕟𝕠𝕝𝕠𝕘𝕪 '𝟚𝟙 ✨ || 😎𝙁𝙖𝙘𝙪𝙡𝙩𝙮 𝙤𝙛 𝙏𝙚𝙘𝙝𝙣𝙤𝙗𝙞𝙤𝙡𝙤𝙜𝙮😎 || 🌞𝖀𝖓𝖎𝖛𝖊𝖗𝖘𝖎𝖙𝖆𝖘 𝕶𝖆𝖙𝖔𝖑𝖎𝖐 𝕬𝖙𝖒𝖆 𝕵𝖆𝖞𝖆🌞

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kurkumin, Si Tabib Mungil Penyelamat Ginjal!

19 November 2022   04:13 Diperbarui: 19 November 2022   04:20 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2  Grafik pengaruh Meriva  terhadap fat mass, fat-free mass, dan BMI (Pivari et al. 2022).

  • Apa itu Penyakit Ginjal Kronis?

Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit yang mengancam 8-16% populasi di dunia, dimana fungsi kerja ginjal menurun akibat adanya kerusakan pada organ ginjal yang mana bisa menyebabkan komplikasi seperti penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal yang berakhir kematian (Chen et al. 2019). 

Penyakit ginjal kronis bisa berdampak ke kardiovaskular karena penurunan kerja ginjal dalam menyaring senyawa dalam darah dapat meningkatkan tekanan darah dan inflamasi yang menyebabkan meningkatnya pembentukan aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah yang akan berujung pada serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya (Sagita & Setiawan 2018).

Karena hal ini, penderita ginjal kronis seringkali diberikan menu diet untuk memperlambat proses kerusakan pada ginjal. Salah satunya adalah hubungan antara bakteri pencernaan dengan penyakit ginjal kronis. Hal ini karena, beberapa hasil metabolit dari bakteri yang ada di pencernaan kita termasuk hasil fermentasinya dapat meningkatkan jumlah protein dan kolina pada darah. Sehingga dapat mempengaruhi seberapa berat kerja ginjal dalam menyaring zat sisa metabolisme tersebut. Semakin banyak zat yang tersisa pada darah maka akan semakin tinggi resiko terjadinya inflamasi dan stress oksidatif pada tubuh (Pivari et al. 2022).

Salah satu alasan mengapa perlu dilakukan pengendalian komposisi mikroba pencernaan adalah proses 'inflammaging' yang merupakan inflamasi sistemik disebabkan oleh penuaan dan seringkali lebih cepat bergantung pada kondisi kesehatan tubuh (Nurmahliati et al. 2020). Hal inilah yang mencetuskan pemberian suplemen neutrasetikal dapat mengontrol komposisi bakteri pencernaan agar dapat mengurangi zat yang menyebabkan inflamasi sistemik dan stress oksidatif secara tidak langsung dan untuk jangka panjang diharapkan memberi dampak positif untuk kesehatan ginjal (Pivari et al. 2022).

  • Apa itu Kurkumin (Meriva)?

Salah satu zat yang nutrasetikal yang akan dipakai adalah senyawa aktif kurkumin yang biasanya ditemukan pada kunyit. Hal ini karena manfaat dari kurkumin yang terbukti memiliki sifat anti-inflamasi sistemik yang telah dibuktikan di berbagai penelitian bahwa kurkumin meningkatkan jumlah alkali fosfatase dan tight junction protein yang dapat memperbaiki kemampuan usus dalam penyerapan senyawa ke dalam sirkulasi darah, sehingga mampu menekan inflamasi sistemik pada darah (Ghosh et al. 2012).

Diantara seluruh kurkumin formulasi, yang dipakai adalah kurkumin Meriva yang merupakan kurkumin yang telah diformulasi dan dengan fosfolipid dan terbukti dapat diserap lebih baik dalam tubuh dibandingkan kurkumin murni ketika diberikan sebagai suplemen. Indikator yang bisa diukur untuk mengetahui keefektifan kurkumin Meriva adalah jumlah albuminuria dan stres oksidatif pada pasien (Cuomo et al. 2011).

  • Efek Terhadap Penderita Penyakit Ginjal Kronis 

Untuk mengetahui potensi manfaat dari kurkumin Meriva untuk menghambat penyakit ginjal kronis, dilakukanlah riset dengan mengambil pasien dari Nephrology and Dialysis Unit of the Azienda Socio-Sanitaria (A.S.S.T.) Santi Paolo and Carlo. Hal yang diteliti adalah bagaimana hubungan antara nutrisi, inflamasi, dan status antioksidan berdasarkan data dengan komposisi bakteri pencernaan, serta dampak yang dihasilkan terhadap kondisi ginjal pasien dibandingkan dengan banyaknya kurkumin yang dikonsumsi dalam kurun waktu 3 - 6 bulan.

  • Hasil Data

3.1  Efek Meriva terhadap fat mass, fat-free mass, dan BMI.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara bertahap selama 6 bulan, terlihat penurunan yang cukup signifikan terhadap persentase fat mass (FM) sedangkan pada fat free mass (FFM) terjadi peningkatan selama 3 bulan pertama, setelahnya tidak terjadi peningkatan yang begitu signifikan. Kemudian, pada nilai body mass index (BMI) tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan (Pivari et al. 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun