Mohon tunggu...
Merita Dewi
Merita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Amatiran

Tak perlu terlalu terang, cukup terus menyala dan tak kunjung padam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelisik Tradisi Baraan di Pulau Rupat Saat Lebaran: Adat Dijaga, Membahagiakan Sesama Muslim

21 April 2024   21:23 Diperbarui: 21 April 2024   21:31 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Rupat merupakan pulau kecil terpisah yang ada di Provinsi Riau dan masuk ke ranah Kabupaten Bengkalis. Jika ingin mengunjungi pulau ini, maka harus menyebrangi lautan terlebih dahulu lantaran belum adanya jembatan penghubung. 

Mayoritas penduduk Pulau Rupat umumnya Suku Melayu beragama Islam. Saat lebaran Idul Fitri tiba, ada satu tradisi yang dijaga dan dilestarikan masyarakat Rupat hingga saat ini. 

Tradisi tersebut bernama Baraan, yang tersebar di berbagai penjuru daerah Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau termasuk juga di Pulau Rupat.

Dalam Tradisi Baraan yang dilakukan saat lebaran tiba ini, masyarakat di kampung membentuk kelompok-kelompok kecil atau rombongan untuk mengunjungi rumah-rumah tetangga. Biasanya kelompok laki-laki dan perempuan datang secara terpisah. Ada kelompok bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda kampung, dan lain sebagainya. 

Ketika rombongan tersebut datang untuk bersilaturahmi, jamuan yang disajikan tuan rumah tidak sekadar kue ringan hari raya melainkan juga ada makanan berat seperti lontong, ketupat, opor, rendang, roti canai, dan banyak lagi yang lainnya. Terakhir ditutup dengan acara doa bersama. 

Umumnya di kampung, Tradisi Baraan bisa berlangsung selama 5 sampai 7 hari seusai menjalankan shalat ied begitu juga yang ada di Pulau Rupat. 

Tujuan dari diadakannya Tradisi Baraan tidak lain sebagai ajang silaturahmi juga meraih keberkahan di hari yang fitri dengan cara membahagiakan sesama muslim. 

Meski merupakan bagian dari adat, Tradisi Baraan sifatnya sukarela dan tidak ada paksaan kepada masyarakat. Sebab untuk membuat jamuan sedemikian rupa kepada rombongan yang datang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan belum tentu semua orang memiliki rezeki yang cukup pada hari lebaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun