Mohon tunggu...
Meri Istikomah
Meri Istikomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadilah manusia yang bermanfaat

Jadi manusia berguna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cegah Stunting Itu Penting Buku Saku Panduan Stunting

2 Januari 2022   13:29 Diperbarui: 2 Januari 2022   13:34 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rr VitaNurlatif, S.KM, M.Kes ,Meri Istikomah

 Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan, meriistikomah5@gmail.com

Kejadian balita pendek (stunting) masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia, tetapi informasi tentang stunting yang kurang memadai menimbulkan cukup banyak kesalahpahaman di masyarakat seperti menganggap stunting hanyalah sekedar kondisi wajar tentang tinggi badan kurang bahkan beberapa orang tua belum mengetahui tentang stunting (Harmoko, 2017). Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, 2017). Prevalensi stunting di Indonesia menurut data Riskesdas 2018 pada balita masih 30,8 % dan pada Baduta 29,9%. Sedangkan di Jawa Timur mempunyai prevalensi lebih tinggi dari angka nasional yaitu 32,81 %. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Faktor pendorong dari terjadinya stunting seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi (Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI, 2018).Upaya pencegahan stunting tidak bisa lepas dari pengetahuan orang tua tentang stunting. Dengan pengetahuan yang baik, dapat memunculkan kesadaran orang tua akan pentingnya pencegahan stunting. Kesadaran orang tua akan membentuk pola atau perilaku kesehatan terutama dalam pencegahan stunting seperti dalam pemenuhan gizi mulai dari ibu hamil, gizi anak, menjaga lingkungan dan sanitasi rumah yang baik, dan perilaku hidup bersih dan sehat (Harmoko, 2017) egiatan PBL-DR II memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan analisis masalah penankesehatan dan membuat prioritas, serta mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya upaya ggulangan penyebaran Covid -19 di masyarakat dan membuat alternatif pemecahan masalah tersebut dengan melaksanakan intervensi pada tingkat dan metode yang dikuasai. 

Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Mahasiswa membagikan 5 Buku saku paduan Stunting untuk dibagikan kepada responden.Pembagian Buku saku dimulai pukul 16.00 WIB. Mahasiswa memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan dari edukasi dan pemberian Buku Saku yang dilakukan.Mahasiswa membagikan Buku saku dalam bentuk buku yang sudah dicetak didalam buku tersebut berisi panduan tentang stunting baik cara pencegahan maupun dampak dari Stunting.

Praktik Belajar Lapangan (PBL) II merupakan rangkaian kegiatan terakhir setelah PBL 1 bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat dan juga sebagai upaya untuk melengkapi kompetensi mahasiswa dalam mengaplikasikan solusi dari permasalahan kesehatan melalui diagnosa komunitas (Assesment Community Diagnosis) baik pada level individu, kelompok dan masyarakat. direncanakan kepada masyarakat Dukuh Kebonagung RT 17 RW 05 Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni. Pada PBL II tahun 2021 ini mengangkat tema "Pencegahan dan Penanggulanga Stunting pada Masa Pandemi Covid 19 Berbasis Keluarga"yang mana memberikan informasi tentang situasi terkini tentang covid-19 serta pencegahan penularan covid-19 di lingkungan keluarga sekitar tempat tinggal melalui pendekatan konsep dan aplikasi ilmu kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan keluarga yang sehat dan mandiri.Implementasi program intervensi "Buku Saku Panduan Stunting"dalam Praktek Belajar Lapangan II ini merupakan satu langkah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berbasis keluarga. Meskipun berbasis keluarga, program ini diupayakan agar dapat mencegah dan menanggungi kasus stunting di masa pandemi Covid 19 ini. Mahasiswa diminta agar dapat memberikan edukasi-edukasi dalam program intervensi yang dibuatnya sendiri. Program intervensi ini dilakukan dengan semenarik mungkin dan tetap menyelipkan edukasi di dalamnya. Merangkul masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program intervensi ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Mahasiswa sudah harus siap dan berani dalam menyampaikan dan berbaur dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal. Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting ini bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun