Pagi ini saya pengen cerita tentang "RUMAH", tentunya rumah saya lebih tepatnya rumah orang tua, lebih spesifik lagi rumah dinas kantornya mami yang kemudian dihibahkan ke mami dengan membayar cicilan setiap bulannya.
Namanya juga rumah dinas, rumah yang dibangun pemerintah jadi sangat jauh dari sebutan rumah mewah. Rumah sederhana, namun saya akan dibilang orang yang tidak tahu mengucap syukur jika dibilang rumah ini sangat sederhana sekali, bagi saya rumah ini sudah lebih dari cukup.
Setelah hidup di rantau selama 7 tahun, pagi ini baru saya menyadari bahwa senyaman-nyamannya rumah kost tempat saya tinggal ternyata jauh lebih nyaman rumah sendiri.. walau tak bisa dipungkiri bahwa rumah kost ini jauh lebih indah, lebih megah dan lebih tertata dibandingkan rumah saya.
Kenyamanan yang bisa saya peroleh di rumah dan tidak bisa saya lakukan di kost adalah "menyanyi dengan suara yang amat sangat keras sekali"...suara saya memang tak merdu tapi saya senang bernyanyi, tak peduli suara ini fals atau not nya naik setengah turun satu..🎶sungguh ku tak peduli, suara ini sedap atau tak sedap di dengar..pusing amat, yang penting ku bernyanyi...
Bernyanyi biasanya dilakoni pada saat mandi pagi hari....teriak-teriak di kamar mandi misalnya lagu "patah hatiku jadinya, ditinggal pergi seorang diri...dst." Acara mandi belum akan berhenti jika belum satu album dinyanyikan atau setelah ada orang yg ngetuk2 pintu karena dianya juga harus mandi.
Moment kedua nyanyi dengan teriak2 adalah saat mencuci baju, seminggu sekali saya cuci baju, biasanya hari sabtu...behhhh bukan cuma 1 album yang dinyanyikan bisa-bisa konser 2-3 album..
Kadang-kadang tetangga suka membahas kebiasaan saya yg suka nyanyi teriak2..konon katanya nyanyian saya terdengar sampai di depan kompleks..mereka suka komplain bukan suara saya yg mengganggu tapi katanya nyaris setiap hari nyanyi teriak2, giliran diminta latihan paduan suara ngak pernah datang, kalo pun datang suaranya tidak kedengaran...hahaha.. saya merespon dengan bilang, maap saya tuh penganut penyanyi "freesinger" meminjam istilah "freewriter" ..yg artinya bernyanyi bebas yang tidak terikat dengan pakem-pakem, soal not lah , tempolah, apalah-apalah..saya ingin nyanyi bebas sebebas-bebasnya.. sering ditegur kalo nyanyi harus seiring dengan musik jangan baku rebe binti kejar-kejaran dengan musik...itu sebabnya saya kalo nyanyi ngak suka diiringi musik..
Prinsip saya ketika bernyanyi bukan soal merdunya tapi soal bagaimana saya mengekspresikan perasaan saya... meluapkan rasa cintaku pada Tuhanku, rasa syukurku tuk hidup yang Dia beri..melampiaskan rasa marah, jengkel, kesal...atau bahkan mengungkapkan rasa cinta yang tak berbalas, cinta yang bertepuk sebelah tangan...ahhhhh pokoknya segala rasa di dada..lumayan obat setresss...
Btw..ini cerita tentang rumah atau cerita bernyanyi sih?..ahhhwu ah...gelap..
Conclusion dari cerita ini "rumah ku istanaku", dimana saya menjadi ratunya, menjadi penguasa...ngak ada yg bisa larang jika nyanyi tanpa pakem....love this..so much.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H