Mohon tunggu...
Maria Yasinta Deme
Maria Yasinta Deme Mohon Tunggu... Dosen - accounting lecturer

Hobby Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

"Natal Kedua Tanpa Ayah"

24 Desember 2024   00:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   20:13 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : https://soundcloud.com/nasrul-a-602763612/sets/ayah

Desember kembali menyapa, membawa serta gemerlap lampu dan melodi Natal yang mengalun di setiap sudut desa. Namun, di balik kemeriahan itu, hatiku terasa hampa. Ini Natal kedua tanpa kehadiran Ayah. Ayah yang sederhana, yang selalu hadir dengan senyum dan kehangatannya, kini telah tiada. Ia pergi meninggalkan kami di bulan Agustus tahun 2023, meninggalkan kenangan yang tak akan pernah terhapus oleh waktu.

Rumah terasa begitu sepi. Kakak dan adik-adik, semua sibuk dengan tugas dan pekerjaan masing-masing di perantauan. Hanya ada Mama dan keluarga besar yang menemani. Namun, kehadiran mereka tak mampu mengobati rasa rindu yang menggebu di dada. Rindu akan sosok Ayah yang selalu menjadi pusat kehangatan keluarga.

Natal di kampung tahun ini terasa berbeda. Tak ada lagi tawa riuh Ayah yang memecah kesunyian. Tak ada lagi canda khasnya yang selalu membuat kami terpingkal-pingkal. Hanya ada kesunyian yang menyesakkan, mengiringi setiap langkahku di rumah yang dulu selalu ramai oleh kehadirannya.

Dulu, menjelang Natal, rumah kami selalu dipenuhi aroma harum kue kering dan masakan khas Natal. Ayah, dengan semangatnya, akan memimpin kami dalam membuat kue sederhana. Tak ada oven listrik, hanya oven kompor yang setia menemani. Ayah juga yang akan pergi ke pasar, membelikan daging babi untuk kami masak bersama. Momen-momen sederhana itu kini menjadi kenangan manis yang terukir dalam ingatan.

Kami memang hidup sederhana di kampung yang penuh kesederhanaan. Tak ada pohon Natal yang megah, tak ada lampu kerlap-kerlip yang menghiasi rumah. Namun, Natal selalu terasa istimewa karena kehadiran Ayah. Canda tawanya, pelukan hangatnya, dan semangatnya dalam menyambut Natal selalu mampu menciptakan suasana hangat dan penuh kasih.

Ayah juga selalu aktif dalam kegiatan di gereja. Mendekati Natal, kami sekeluarga akan menanggung koor pada hari Natal atau malam Natal. Ayah, dengan suara baritonnya yang merdu, selalu menjadi andalan dalam paduan suara. Ia begitu bersemangat melantunkan kidung pujian, menghayati setiap bait lirik dengan sepenuh hati. Kini, suara bariton itu telah tiada, hanya menyisakan gaung kenangan yang memilukan.

Aku teringat saat-saat terakhir Ayah di rumah sakit. Tubuhnya lemah, namun senyumnya tetap terukir di wajahnya yang pucat. Ia menggenggam tanganku erat, seakan ingin menyampaikan pesan terakhirnya. "Jaga Mama dan adik-adikmu," bisiknya lirih. Air mataku tak terbendung, hatiku hancur berkeping-keping. Aku tahu, saat itu Ayah sedang berjuang melawan sakitnya, namun ia tetap memikirkan kami, anak-anaknya.

Kepergian Ayah meninggalkan luka yang mendalam di hati kami. Ia adalah sosok panutan, tempat kami berkeluh kesah, dan sumber kekuatan bagi keluarga. Kini, ia telah tiada, meninggalkan kami dalam kesedihan dan kerinduan yang tak berujung.

Natal tahun ini, aku mencoba tegar. Aku mencoba untuk tersenyum, meskipun hatiku terasa perih. Aku ingin Mama dan keluarga lainnya melihat bahwa aku kuat, meskipun sebenarnya aku rapuh. Aku ingin meneruskan semangat Ayah, semangat untuk selalu bersyukur dan berbagi kasih kepada sesama.

Di malam Natal, aku duduk termenung di beranda rumah, memandangi langit yang dihiasi bintang-bintang. Dalam hati, aku berdoa untuk Ayah. Semoga ia tenang di sisi-Nya, dan semoga Natal di surga jauh lebih indah dari Natal di dunia.

Aku tahu, Ayah akan selalu ada di hati kami. Kenangan akan dirinya akan selalu menjadi pelita yang menerangi langkah kami. Meskipun ia telah tiada, cintanya akan selalu menyertai kami, selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun