Mohon tunggu...
Maria Yasinta Deme
Maria Yasinta Deme Mohon Tunggu... Dosen - accounting lecturer

Hobby Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hatiku Bukan Pintu

10 Juli 2024   00:12 Diperbarui: 10 Juli 2024   00:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hatiku bukan pintu yang bisa kau buka dan tutup sesuka hatimu. Bukan pula jalan setapak yang bisa kau lalui tanpa permisi, lalu pergi begitu saja tanpa jejak. Hatiku adalah taman yang terawat, dipenuhi bunga-bunga rapuh yang mekar dengan cinta dan harapan.

Kau datang dengan senyum menawan, menjanjikan musim semi abadi. Kau sirami setiap kelopak dengan kata-kata manis, hingga aku terlena dalam ilusi indah. Tapi saat mentari mulai terik, kau menghilang tanpa pesan, meninggalkan hatiku kering dan layu.

Aku mencoba mengerti, mungkin kau kupu-kupu yang tak terikat, bebas terbang ke mana pun kaki angin membawamu. Tapi setiap kali kau kembali, entah dari mana, dengan sayap penuh serbuk sari bunga lain, luka lama kembali menganga.

Aku bukan pelabuhan tempatmu berlindung dari badai, lalu pergi saat cuaca cerah. Aku bukan tempat persinggahan sementara, yang bisa kau singgahi sejenak untuk melepas lelah, lalu melanjutkan perjalanan tanpa beban.

Hatiku adalah rumah, tempat berlindung dari dinginnya dunia. Tempat pulang saat kau lelah mengembara. Tapi rumah ini bukan penginapan, yang pintunya selalu terbuka untuk siapa saja.

Suatu hari, saat kau kembali dengan senyum yang sama, aku takkan membukakan pintu. Bukan karena aku tak lagi peduli, tapi karena aku belajar menghargai diri sendiri. Aku belajar bahwa hatiku terlalu berharga untuk disia-siakan, untuk dijadikan tempat persinggahan sementara bagi mereka yang tak tahu arah tujuan.

Aku akan menanam bunga-bunga baru di taman hatiku, bunga-bunga yang kuat dan tak mudah layu. Bunga-bunga yang tak membutuhkan perhatianmu yang tak pasti. Bunga-bunga yang akan mekar dengan sendirinya, dengan cinta dan harapan yang baru.

Hatiku bukan pintu yang bisa kau buka dan tutup sesuka hatimu. Hatiku adalah taman, dan akulah penjaganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun