Sudah berapa purnama kita hanyut dalam kekosongan??
Sudah berapa senja kita yang lalu tanpa jumpa??
Sejak ketuban ibuku ruah melamuri jagat raya hingga kini nyaris menua, tak terbersit sedikitpun dalam benak tentang apa dan bagaimana rupamu.Â
Sejuk doa-doa yang tercecer di penghujung malam, ribuan harapan yang berserakan di ujung katup jemari, plus sehelai impi yang ranum di batas subuh adalah melodi-melodi merdu pertanda Tuhan sungguh bijak lagi bajik.Â
Di atas hening nan sakral itulah pertama kali kita menang menentang tanah, air, dan bebatuan. Bahwa kita telah merdeka dalam menolak lupa..
Di dalam rindu ada kedamaian, dan di dalam kedamaian itu ada kasih. Memori sempat tandus mengeja ingatku tentangmu, namun kekuatan cinta mampu membasuhnya kembali bahwasannya kalian adalah setengah dari darahku.Â
Kalian adalah bagian dariku. Kalian adalah seperempat nadiku yang terhempas jarak. Saudaraku, sekat boleh melindas jumpa namun kita tetap masih memijak di bumi yang sama. Tetap genggam persaudaraan ini hingga mentari layu di lintas petang. Sehat selalu dalam naungan kasih Sang Khalik..
Kita ialah satu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H