Ibu...
Rintihanmu adalah saksi aku terlahir di dunia ini
Keringatmu menjadi bingkai engkau membesarkanku
Kasih sayangmu menjadi mahkota engkau merawatku
Hingga aku merangkak, bicara kata perkata ...
Sampai....aku berlari ke pelukmu
Ibu....
Kini aku telah beranjak remaja
Telah terangkai kenangan manis bersamamu
Telah kukenal ribuan petua darimu
Telah kukenal ribuan penderitaanmu
Telah kumengerti arti dari hidup kita sesungguhnya
Dengan sang waktu aku terus berkelana
Kalah itu bunyi ayam , menjadi irama dipagi hari
Ibu membangunkankuÂ
Sampai aku tersadar akan dunia baru yang akan aku lalui
Tepat pukul 09.00Â
Pagi itu aku pun beranjak dari tanah kedamaianku
Berjalan perlahanÂ
Sampai aku tiba ditempat persinggahanku sementara
Saat tiba ....
Yang pertama kuingat adalah suara indahmu dipagi itu
Yang aku ingat adalh dinginnya udara di teras rumahku
Yang aku ingat adalh ricauan burung  bernyanyi dengan alunan nada teirindah
Dan kini.....
Semuanya telah berbeda
Yang aku dengar hanya bisingan benda berodaÂ
Yang aku lihat hanya rumah rumah megah pencakar langit
Â
Tiba tiba semuanya sirnah seketikaÂ
Hayalanku terbuyar oleh pikiranku
Yang tiba tiba berkecamukÂ
Menahan gelisa hati yang merindu......
Ohh....ibu  Â
Dengan doa muÂ
Hari demi hari di tanah ini telah kulalaui
Dengan harapan dan angan yang dipikul
Yang engkau telah torehkan padaku
Saat kaki ini beranjak jauh dari teraa rumah kita
Sampai detik ini aku pun masih berkhayalÂ
Tentang dunia indah hari esokÂ
Bersama dengan mimpi di genggamanÂ
Memelukmu di tempat ternyaman kitaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H