Mohon tunggu...
Bambang Suharno
Bambang Suharno Mohon Tunggu... -

Penulis buku best seller "Langkah Jitu Memulai Bisnis Dari Nol" dan puluhan buku lainnya. Pembicara seminar wirausaha dan motivasi, Pendiri Indonesian Entrepreneur Society (IES).

Selanjutnya

Tutup

Money

Di Mana Anda Menaruh Telur?

6 Desember 2011   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada Februari 2008, harga gandum di bursa berjangka AS mencapairekor tertinggi, nyaris 13.500 USD per bushel. Akibatnya harga saham Sara Lee Corp, produsen kuedan sosispada Mei 2005 merosot ke angka paling rendah dalam tiga tahun terakhir.

Namun menjelang akhir 2008 terjadilah perubahan ekonomi global yang menyebabkan harga gandum di pasar dunia terjun bebas. Situasi berbalik seratus delapan puluh derajat. Di saat dunia bisnis gandummerosot itulah perusahaan- perusahaan berbahan baku gandum yang semula kembang kempis tiba-tibda mendapat limapah rejeki yang tidak terduga sama sekali. Di Indonesia PT Indofood Sukses Makmur mendapat keuntungan besar.Ini karena harga gandum anjlok, sementara hargajual mie instant dan produk lainnya tidak ikut mengalami penurunan.

Alhasil, hingga kuartal III 2008, Indofoodtelah membukukan laba 1,17 triliun. Angka itu naik 66,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebelumnya ketika krisis belum menghimpit. Hal yang sama dialami oleh pabrik mie dan roti di seluruh dunia. Harga saham Sara Lee Corp yang semua anjlok di awal 2008 kembali meroket di akhir 2008, dimana pada saat itu tengah terjadi krisis global.

Gambaran di atas saya uraikan untuk menjelaskan bahwa di setiap kejadian krisis yang penuh resiko ada suatu situasi kebalikan dari krisis tersebut. Artinya krisis atau tidak sebenarnya perlu dilihat pada siapa yang mengalaminya.

Di Jerman, ketika krisis tahun 2008 terjadi, restoran cepat saji McDonald justru mendapat berkah luar biasa, sampai-sampai harus menambah 40 outlet di masa sulit tersebut. Pasalnya, di tengah situasi krisis, banyak warga Jerman yang mengurangi kegiatan hiburan dan beralih bersenang-senang dan makan di restoran yang relatif murah. Jika sebelumnya mereka pergi makan malam menghabiskan 20 euro sekali keluar, mereka berbelok ke restoran yang McDonald yang cukup hanya dengan kocek 5 euro/orang. Akibatnya di masa krisis, restoran ini penuh dengan antrian. Tentunya ini berbeda dengan Indonesia, dimana di masa krisis justru pelanggan restoran McDpindah ke warung yang lebih murah.

Di masa krisis moneter dan krisis politik 1998 pun hal yang sama terjadi. Karena nilaidolar melonjak drastis, banyak eksportir dadakan yang mampu meraup untung miliaran rupiah. Padahal pada saat itu banyak sekali perusahaan harus gulur tikar dan memPHK karyawan.

Bagi para investor, cerita di atas adalah sebuah ilustrasi yang baik untuk merancang bagaimana sebaiknya melakukan variasi investasi agar risiko kegagalan investasi dapat dikurangi. Kata para investor ,”Janganlah menaruh semua telur dalam satu keranjang”.Anda tahu, ini bukan telur dalam arti sebenarnya melainkan telur investasi.Dengan menaruh investasi dalam satu tempat, risiko yang anda tanggung adalah 100%, artinya jika bagus, berarti anda 100% menikmati, sebaiknya jika buruk, 100% anda tanggung.

Investasi identik dengan risiko ketidak pastian. Segala macam metode boleh anda praktekkan dari yang manual hingga yang paling canggih sekalipun, tapi semuanya hanyalah upaya mengurangi risiko, bukan menghilangkan risiko. Bagi para investor, mengambil resiko berinvestasi jauh lebih baik dibanding tidak berinvestasi sama sekali. Tidak berinvestasi justru sangat beresiko, karena nilai uang pada umumnya terus menurun.

Mike Rini Sutikno, seorang fund planner mengatakan, dalam melakukan investasi ada beberapa risiko yang mesti dipahami. Pertama risiko sistematik yaitu risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor makro, seperti ketidakstabilan kondisi negara, perubahan nilai mata uang, gejolak politik, dinamika suku bunga dan lain-lain. Risiko jenis ini sulit dihindari, namun dibalik risiko sistematik ini, ada saja pihak yang mampu meraih berkah.

Kedua adalah risiko tidak sistematik, yaitu risiko yang disebabkan oleh faktor mikro perusahaan, misalnya perubahan struktur permodalan, perubahan organisasi perusahaan, kemampuan manajamen dan sebagainya.Ketiga, adalah risiko pribadi investor, misalnya faktor usia, pengalaman investasi, jangka waktu investasi, kemampuan menyisihkan dana investasi. Dalam hal usia, pada umumnya investor muda lebih berani menanggung resiko besar dibanding yang sudah tua.

Bagi seorang yang gemar berinvestasi, menaruh telur dalam beberapa keranjang perlu dilakukan dengan melihat beberapa faktor, misalnya geografi. Dengan berinvestasi di wilayah yang berbeda, maka jika di suatu lokasi terjadi kemerosotan, maka masih punya cadangan di wilayah lain yang dalam keadaan baik-baik saja. Ada juga yang mempertimbangkan dari segi variasi komoditi. Kita boleh berinvestasi di peternakan ayam, sekaligus (misalnya) di perikanan.Bisa juga dengan mempertimbangkan variasi investasi berdasarkan tipe bisnis, pangsa pasar maupun gabungan dari beberapa factor tersebut.

Namun menurut beberapa pakar, akan lebih bagus jika investasi dilakukan pada dua atau lebih usaha yang saling melengkapi, sepertiperusahaan listrik dan perusahaan genset. Jika listrik sering mati, , maka perusahaan gensetuntung banyak, sebaliknya jika listrik menyala dengan baik, maka laba perusahaan genset merosot. Nah, kalau anda invest di perusahaan litrik dan genset, maka nilai berinvestasi menjadi lebih aman.

Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat untuk anda yang akan meningkatkan kesuksesan di tahun 2012.

www.ahlinaskahpidato.wordpress.com

www.bambang-suharno.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun