Mohon tunggu...
kiai pancalanmaut
kiai pancalanmaut Mohon Tunggu... -

Saya Kiai PancalaMaut, Jakarta desaku dan Malang adalah kawah candradimuka. Sudah banyak pertarungan yang dilakukan didunia manajemen dan telekomunikasi. Namun jiwaku tetap kering kini aku berjalan dimuka bumi mencari ilmu hikmah. Untuk mengharapkan rahmat dari Gusti Allah guna selamat dunia dan akhirat. Rasulullah SAW berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan, sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya, tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu

1 Maret 2011   19:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12990066871624739376

Setelah reformasi, ada satu hal yang saya perhatiken dari tingkah laku orang orang top dinegara kita yang besar ini, yaitu status orang tua dibawah pers atau koran atau majalah atau apalah. Dari dulu saya selalu diberitahu bahwa ibu itu nomor satu dan jangan membuat orang tua bersusah hati atau membuat ibu menangis. Tapi sekarang tampaknya orang orang top itu senang menyelesaiken masalah keluarga dengan cara jumpa pers, menyewa pengacara dan masuk pengadilan lalu diumumken dikoran. Bahkan cenderung untuk saling menyindir dan menjelek jelekan entah itu istri, bekas istri atau orang tuanya bahkan ibunya (seorang ibu yang sudah melahirken, membesarken dan membimbingnya).  Atau menta tolong orang lain untuk mencampuri dan menyelesaiken masalah keluarga sendiri ? Sebetulnya apa yang akan didapat dengan melakuken hal diatas ?, kebahagian, ketenaran atau kita hanya membohongi diri kita sendiri ? Musyawarah untuk mufakat adalah kata kunci, diikuti dengan kebesaran hati dan bimbingan agama semua masalah keluarga harusnya dapat selesai secara internal. Memang betul, adakalanya ibunya salah namun apakah pantas untuk diumumken didepan jumpa pers ?, atau sebagai pembaca beropini bahwa ibunya yang salah dalam membimbing anak tersebut. Menurut pendapat saya ini betul dan menjadi salah satu sebabnya. Jadi gimana solusinya: banyak banyaklah menta ampun sama Tuhan menurut agama masing masing, karena tanpa hidayah dari Tuhan mereka tidak mungkin menemui titik temu. Yang hasilnya adalah si anak akan selalu menyakiti  ibunya dan si ibu akan selalu disakiti. Mungkin jaman sudah berubah.. ya mungkin tapi buat saya seorang ibu adalah nomor satu, mungkin ibu kita tidak pintar atau tidak berpendidikan tinggi, atau tidak cantik atau banyak maunya, selalu melarang dan lain lain tapi buat saya dia tetap ibu saya yang telah melahirkan, merawat, dan menyekolahkan saya dengan tenaga dan keringatnya bahkan sampai berhutang demi anaknya... bagaimana mungkin kita bisa lupa diri atas perjuangan ibu kita .... poto dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun