Setelah reformasi, ada satu hal yang saya perhatiken dari tingkah laku orang orang top dinegara kita yang besar ini, yaitu status orang tua dibawah pers atau koran atau majalah atau apalah. Dari dulu saya selalu diberitahu bahwa ibu itu nomor satu dan jangan membuat orang tua bersusah hati atau membuat ibu menangis. Tapi sekarang tampaknya orang orang top itu senang menyelesaiken masalah keluarga dengan cara jumpa pers, menyewa pengacara dan masuk pengadilan lalu diumumken dikoran. Bahkan cenderung untuk saling menyindir dan menjelek jelekan entah itu istri, bekas istri atau orang tuanya bahkan ibunya (seorang ibu yang sudah melahirken, membesarken dan membimbingnya). Atau menta tolong orang lain untuk mencampuri dan menyelesaiken masalah keluarga sendiri ? Sebetulnya apa yang akan didapat dengan melakuken hal diatas ?, kebahagian, ketenaran atau kita hanya membohongi diri kita sendiri ? Musyawarah untuk mufakat adalah kata kunci, diikuti dengan kebesaran hati dan bimbingan agama semua masalah keluarga harusnya dapat selesai secara internal. Memang betul, adakalanya ibunya salah namun apakah pantas untuk diumumken didepan jumpa pers ?, atau sebagai pembaca beropini bahwa ibunya yang salah dalam membimbing anak tersebut. Menurut pendapat saya ini betul dan menjadi salah satu sebabnya. Jadi gimana solusinya: banyak banyaklah menta ampun sama Tuhan menurut agama masing masing, karena tanpa hidayah dari Tuhan mereka tidak mungkin menemui titik temu. Yang hasilnya adalah si anak akan selalu menyakiti ibunya dan si ibu akan selalu disakiti. Mungkin jaman sudah berubah.. ya mungkin tapi buat saya seorang ibu adalah nomor satu, mungkin ibu kita tidak pintar atau tidak berpendidikan tinggi, atau tidak cantik atau banyak maunya, selalu melarang dan lain lain tapi buat saya dia tetap ibu saya yang telah melahirkan, merawat, dan menyekolahkan saya dengan tenaga dan keringatnya bahkan sampai berhutang demi anaknya... bagaimana mungkin kita bisa lupa diri atas perjuangan ibu kita .... poto dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H