Namanya Badjuri Surodikoro. Saat itu, usianya masih 55 tahun. Masih sangat kuat. Ia seorang petani sawah di Dusun Jambean Desa Karang Kulon, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bayangkanlah sebuah desa pelosok di Magelang tiga dekade silam. Tahun 1988.
Badjuri sangat ingin rumahnya berlistrik. Tapi, lokasi rumah itu amat jauh dari jalan raya, melewati kebun-kebun bambu, sehingga membuat mimpi itu tak bisa terwujud waktu itu. PLN pun sudah angkat tangan memenuhi keinginan itu. Biayanya terlalu besar menyambungkan listrik, menembus lebatnya pepohonan, hingga memasang meteran listrik di rumah bapak tiga anak itu.
Cita-cita Badjuri sebenarnya cuma satu. Anak-anaknya bisa belajar dengan penerangan lampu memadai. Bukan dengan lampu petromaks yang harus dipompa, lalu ganti minyak, dan dipompa lagi ketika nyala mulai redup. Bikin sakit di mata, bikin semangat belajar cepat melemah.
Tibalah sebuah akal di pikirannya. Badjuri menarik setrum listrik dari rumah kerabatnya yang ada di tepi jalan raya. Yang sudah dialiri listrik.
"Dari rumah, Bapak membeli kabel bergulung-gulung untuk menyambung listrik ke rumah. Suatu saat ada operasi dari PLN, kabel kami disita," kenang Fatimah Rita Sahara, salah seorang anak Badjuri.
Badjuri tak patah semangat. Ia tahu, listrik resmi sampai rumahnya mahal harganya. Tapi demi anak-anaknya bisa belajar nyaman, ia membeli kembali bergulung-gulung kabel untuk menyambung listrik dari pinggir jalan utama hingga rumahnya.
"Dua kali disita. Tapi Bapak tetap berkeinginan kuat agar anak-anaknya bisa belajar dengan baik," kisah Fatimah. Meski hanya seorang petani padi, Badjuri punya wawasan luas. Selain bertani, ia tak jarang terpaksa menjual pohon demi anak-anaknya bisa mendapat buku baru.
"Sewaktu saya kecil, koleksi buku karya Hamka lengkap, Saya khatam bacanya di kelas 3 SD. Dari kisah 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wick', 'Di Bawah Lindungan Kabah', juga bacaan lain seperti 'Iman dan Pengasihan', novel Marah Roesli 'Siti Nurbaya', dan lain-lain," kenangnya.
"Demi menghindari razia petugas, pagi hari kami mencopot kabel, dan sore hari kabel kembali dipasang, karena takut disita," ungkapnya.