Mohon tunggu...
Merah Delima
Merah Delima Mohon Tunggu... -

Mengasah tulisan dengan ujung pena

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembara Lamunan

25 September 2014   03:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:37 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411566643511614107

[caption id="attachment_361457" align="aligncenter" width="300" caption="Illustrasi: Shutterstock"][/caption]

________________________________

@ Sedang apa kamu?

Entah, tiba-tiba saja memori masa lalu menyergap, tanpa peringatan awal.

Aku terharu biru rindu pada sepupuku, namun ia tinggal jauh di sana, di sebuah kota kecil di Jawa Timur.

Rindu membaca komik-komik Indonesia bersamanya di kala itu.

Setelah melalap habis komik bergambar sembari bersila di lantai, ‘kan kita tinggalkan begitu saja mereka tergeletak berceceran. Mengundang omelan ibu dan bibi, pasti jika melihatnya.

Kemudian kita menuju lapangan sebelah rumah.

Di sore hari dengan angin semilir, tentu banyak yang bermain layang-layang di sana.

Ah, jenis dolanan yang tak sesuai gender kami, maka pilihan terindah adalah merebahkan diri pada karpet alam menghijau.  Rumput.

Mencugatkan kepala masing-masing , meminati bentuk awan yang paling menarik.

Langit biru lazuardi terus membentang.

Burung gereja mencicit, melukis kanvas angkasa hingga ke ujung hati yang lapang.

Pembiaran alam atas tawa-tawa riang kita.

________________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun