Selat Malaka, sebuah kawasan perairan yang terletak di antara dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia kini menjadi jantung pelayaran ekonomi dunia. Sejarah telah mencatat bahwa kawasan ini telah menjadi salah satu pusat pelayaran perniagaan internasional sejak dahulu kala, jauh sebelum Nusantara disatukan menjadi satu kesatuan, Indonesia.
Secara fisik, selat Malaka adalah suatu kawasan perairan pemisah yang telah memisahkan kawasan daulat Indonesia dan negeri jiran, Malaysia. Sejak dahulu kawasan ini telah menjadi suatu primadona dikarenakan letaknya yang sangat strategis, yaitu merupakan kawasan internasional tempat bertemunya para saudagar yang akan melanjutkan maupun melakukan pelayaran perniagaan.Â
Sejak kisaran abad ke VI, nama Malaka sudah sangat mahsyur sebagai suatu kawasan pelabuhan penting di dunia, hal ini mendorong berkembang pesatnya Bandar dagang ini menjadi suatu urat nadi pelayaran internasional sejak kisaran abad ke VI hingga kini.
Secara historis, peranan kawasan Malaka sebagai salah satu urat nadi pelayaran dimulai sejak akhir abad ke V, pada awalnya diperkirakan Malaka merupakan sebuah kawasan pelabuhan kecil yang bersifat lokal.Â
Malaka mulai berkembang pesat menjadi salah satu Bandar yang penting saat berdirinya kerajaan Sriwijaya, Malaka yang waktu itu masuk dalam daulat wilayah sriwijaya tampak kian cemerlang eksistensinya ketika Sriwijaya mulai melakukan ekspansi-ekspansi yang mengakibatkan bertambah luasnya kekuasaan Sriwijaya, oleh karena itu dapat kita bayangkan bersama dengan bertambah luasnya kekuasaan wilyah kerajaan Sriwijaya maka eksistensi malaka pun semakin besar.Â
Peranan selat ini yang sangat menonjol pada masa itu adalah sebagai Bandar tempat bertemunya berbagai saudagar yang berasal dari Persia, Arab, India, Cina dan daerah sekitar selat Malaka sendiri untuk memperdagangkan barang-barang dari negerinya atau negeri-negeri yang dilaluinya, barang-barang tersebut antara lain berupa tekstil,kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan sengkelat, perak, emas, sutera,pecah belah serta gula. P
ada masa ini, dominasi kerajaan Sriwijaya sebgai tuan rumah sekaligus pemilik Malaka sangatlah besar, hal ini membuat Sriwijaya banyak sekali mendapat keuntungan dari adanya kegiatan pelayaran perniagaan di kawasan selat Malaka, bahkan kerajaan Sriwijaya pun telah memiliki kapal-kapal niaganya sendiri guna menyokong kegiatan perdagangannya.
Setelah dominasi kerajaan Sriwijaya tergantika setelah Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan Cola dan adanya ekspedisi Pamalayu yang dilancarkan oleh Singasari, maka perdagangan di selat Malaka jatuh ke otoritas kerajaaan Majapahit yang merupakan penerus eksistensi Singasari, sejak 1293 sampai 1500 Majapahit yang berpusat di Jawa (Timur) tampil sebagai pengganti Sriwijaya.Â
Pada masa pemerintahan Hayam Wurukdan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kekuasaannya. Kerajaan tersebut adalah kerajaan agraris dan sekaligus merupakan kerajaan perdagangan. Dengan angkatan laut yang kuat, wilayah kekuasaan Majapahit terbentang dari Maluku hingga Sumatera Utara. Perniagaannya tidak terbatas pada perdagangan dan pelayaran pantai saja, melainkan juga perdagangan seberang laut melalui Malaka menuju Samudera Hindia.Â
Pada masa ini kegiatan perniagaan di kawasan selat Malaka semakin ramai, banyak sekali para saudagar Internasional yang singgah di kawasan Malaka untuk berniaga, dibawah otoritas Majapahit keramaian Malaka memang semakin besar.
namun terdapat suatu catatan dari seorang pelancong asal Italia yang bernama Marcopolo yang menyebutkan bahwa pada masa yang sama ( perkiraan 1295 -- 1500an ) juga terdapat dua kerajaan yang mempunyai kekuasaan politik dan perekonomian yang kuat sehinnga mampu mempertahankan keeksistensiannya terhadap kawasan selat Malaka, dua kerajaan tersebut adalah kerajaan Tumasik dan Samudra Pasai, fakta sejarah membuktikan bahwa dua kerajaan ini juga mempunyai kekuasaan yang besar terhadap pelayaran perniagaan di kawasan selat Malaka, namun dua kerajaan tersebut masih mengakui kekuasaan kerajaan Majapahit sebagai penguasa utama selat Malaka dan segala kegiatan perniagaannya.