Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Chairil Anwar, Sang Pahlawan Puisi

31 Juli 2022   10:21 Diperbarui: 31 Juli 2022   10:26 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gerai.kompas.id/

Berbicara tentang Chairil Anwar, sang Pahlawan Puisi Indonesia. Teringatlah masa-masa sekolah dulu. Puisi-puisi heroiknya selalu dibacakan oleh siswa setiap momen hari Pahlawan atau saat bulan Agustus tiba. Dan puncaknya 17 agustus. Untuk puisi, saya lebih suka untuk membacanya seperti sedang membaca buku daripada membaca dengan mimik khas.

Mimik saat membaca puisi Chairil Anwar sepertinya seragam dari Sabang sampai Merauke. Inilah yang membuat Chairil Anwar seakan hidup di sanubari anak-anak Indonesia di masa itu. Entahlah bila kini. Sosoknya seakan hadir mengamati para kontestan puisi yang sedang berkompetisi pada lomba baca puisi, entahlah apakah sekarang masih ada yang mengenangnya melalui event baca puisi?. Karena event baca puisi kini tergantikan dengan event baca status, update status dan asyik masyuk goyang terlebih lagi game melalui smartphone.

Puisi 'AKu' dan 'Pangeran Diponegoro' adalah puisi yang sangat fenomenal dan mahsyur sepanjang masa.  Menggelora dan menghadirkan semangat kebangsaan. Dan bait yang begitu lekat yaitu " Aku mau hidup seribu tahun lagi". Bait yang berseloroh kepada dunia akan semangat sang Maestro Puisi. Puisinya melampaui hari kelahirannya. 100 tahun Chairil Anwar.

Kepada Bapak Chairil Anwar yang terhormat :

"Kami selalu mengenangmu, kata-katamu memberi spirit bagi anak bangsa untuk selalu berjuang. Kini perjuangan itu tidaklah sama ketika engkau hidup dimasa senjata harus dipanggul dan siap dilesatkan kepada musuh-musuh bangsa. Di masa dimana engkau disegani dengan senjata kata-kata sebagai peluru yang menembus hati para penjajah. Perjuangan masa kini adalah berjuang untuk kehidupan yang lebih bermakna, melawan ketidakadilan, kebodohan serta penjajahan mental, ekonomi dari bangsa lain dan anak bangsa sendiri."

Bila Chairil Anwar ingini hidup seribu tahun lagi, bagi kami ingin hidup di atas ilmu, harmoni sebagai orang Indonesia yang ingin bangsanya  maju, tidak korup dan saling tipu-tipu sesama anak negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun