Kembali ingin menulis sembari menunggu jadwal pengawas. Laptop pun berselancar mencari foto serta video lawas. Menunggu dan menunggu, ternyata jaringannya sedang lemot alias lambat. Rasa kantuk mulai menyerang dan terjeda beberapa lama. Seketika itu pula ide dan inspirasi terlepas dari genggaman beberapa saat. Ide, inspirasi dan mood adalah amunisi penting dalam menulis. Harus selalu hadir dan segera di keluarkan agar tidak menjadi timbunan ide. Ide yang tertimbun bisa saja menguap laksana bensin yang menyeruak lalu lenyap meski baunya masih bisa tercium meski sekejap saja. Hingga menghantarkannya kepada kelangkaan ide. Eits, jangan sampai itu terjadi. Jangan bernasib sama dengan minyak goreng yang langka di negeri penghasil sawit terbesar.Â
Dibantu dengan sedikit kopi yang segera menyeruput, rasa kantuk pun berangsur hilang. Namun ide masih dalam proses pencarian. Sungguh ide adalah barang yang mahal. Butuh proses serta pembiasaan untuk menghadirkan ide cemerlang. Interaksi, komunikasi dan kontemplasi sebagai motivasi mendatangkan ide.Â
Hari semakin siang, waktunya makan siang. Sambil menatap laptop. Harap ide berjalan seperti kran yang selalu mengalir. Ide pun hadir seiring  mengunyah nasi dan sambel sebagai penggugah selera makan. Hari ini fokusnya adalah ide. Agar imunitas menulis kian meningkat meski di saat mood sedang kendor. Dan tidak tergoyahkan oleh pernak-pernik kehidupan.Â
Bercerita tentang ide. Begitu banyak hal-hal kecil dari ide berbuah karya mengagumkan. Ide bersatu padu dengan kreatifitas, inovasi. Ide berarti membangun. Membangkitkan gairah untuk berbuat. Seperti hari ini, keinginan untuk menulis dalam kondisi minim ide. Diakibatkan suntuk dalam pekerjaan dan rutinitas yang melelahkan. Sisihkan waktu untuk berbagi dalam tutur dan relaksasi pikiran dan jiwa yang membebaskan diri dari belenggu kebosanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H